Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Badai Matahari yang Jatuhkan Satelit Internet Starlink Milik SpaceX

Kompas.com - 10/02/2022, 19:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

"Semakin besar ukuran bintiknya, semakin tinggi peluangnya membentuk badai kelas X (badai ekstrim)," kata dia.

Populasi bintik-bintik Matahari mengikuti siklus aktivitas Matahari yang mencapai puncaknya setiap 10,8 tahun sekali. Meski demikian badai Matahari bisa saja terjadi pada saat aktivitas Matahari berada di level yang rendah. 

Erich Rieger dkk (1984) menemukan badai-badai Matahari yang kuat akan terjadi setiap rata-rata 154 hari sekali. 

Kendati demikian, Marufin menegaskan, periode ulang kejadian badai Matahari ekstrem jauh lebih lama, mungkin berselang beberapa abad sekali.

Penyebab jatuhnya satelit Starlink SpaceX

Menurut keterangan SpaceX yang dikutip dari Reuters, Kamis (10/2/2022), kecepatan dan tingkat keparahan badai matahari menghangatkan atmosfer bumi, sehingga meningkatkan kepadatan atmosfer pada ketinggian orbit rendah satelit. 

Baca juga: 3 Fakta Badai Matahari, Penyebab hingga Dampaknya pada Manusia

Kondisi itu menciptakan gesekan atau tarikan intens yang melumpuhkan setidaknya 40 satelit. 

Operator Starlink lalu mencoba memerintahkan satelit ke dalam konfigurasi orbital mode aman yang memungkinkan mereka untuk terbang guna meminimalkan hambatan, tetapi upaya itu gagal untuk sebagian besar satelit. 

Satelit-satelit internet itu lalu masuk ke tingkat atmosfer yang lebih rendah, sehingga terbakar dengan aman saat masuk kembali ke Bumi, menurut SpaceX. 

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya sejauh yang saya tahu," kata astrofisikawan yang berbasis di Harvard University, Jonathan McDowell, kepada Reuters dalam e-mail.

Ia menambahkan, itu adalah kali pertama dia menyadari kegagalan satelit internet Starlink yang disebabkan oleh peningkatan kepadatan atmosfer dari badai matahari, bukan oleh radiasi elektromagnetik itu sendiri yang lebih tinggi.

SpaceX, perusahaan roket berbasis di Los Angeles yang didirikan oleh miliarder Elon Musk, telah meluncurkan ratusan satelit kecil ke orbit sejak 2019 sebagai bagian dari layanan Starlink Musk untuk jaringan internet broadband.

Baca juga: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi 2.700 Tahun Lalu, Bisa Terulang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com