Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2022, 08:31 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

“Data baru dalam makalah GRAM menegaskan skala resistensi antimikroba dan ancamannya terhadap sistem kesehatan di Asia Tenggara, dan di seluruh dunia. Kami sekarang perlu mengembangkan kebijakan yang efektif dan komprehensif untuk menanggapi ancaman ini,” kata Profesor Direk Limmathuraotsakul, Kepala Mikrobiologi di Unit Penelitian Kedokteran Tropis Mahidol-Oxford (MORU), di Bangkok.

Meskipun sejumlah negara telah mengembangkan Rencana Aksi Nasional untuk menanggapi resistensi antimikroba, tantangannya terletak pada kurangnya penegakan dan regulasi ,serta kurangnya ahli epidemiologi AMR yang menghambat upaya implementasi.

Sejauh ini, sistem kesehatan di Asia Tenggara dan di seluruh dunia bergantung pada antibiotik yang efektif.

AMR mengancam kemampuan rumah sakit untuk menjaga pasien tetap aman dari infeksi dan melemahkan kemampuan dokter untuk melakukan praktik medis penting dengan aman, termasuk operasi, persalinan, dan pengobatan kanker karena infeksi menjadi risiko mengikuti prosedur ini.

Baca juga: Penjualan Bebas dan Konsumsi Antibiotik Berlebihan Tingkatkan Risiko Resistensi Antimikroba

 

Bukti tidak cukup cepatnya inovasi untuk mengembangkan vaksin, obat-obatan, dan perawatan yang efektif meliputi:

  • Pada tahun 1980-2000, sebanyak 63 antibiotik baru disetujui untuk penggunaan klinis.
  • Pada tahun 2000-2018, sebanyak 15 antibiotik tambahan yang disetujui.
  • Dari tujuh bakteri resisten obat yang paling mematikan, vaksin hanya tersedia untuk Streptococcus pneumoniae dan Mycobacterium tuberculosis.
  • Ketujuh bakteri utama telah diidentifikasi sebagai patogen prioritas oleh WHO, hanya dua yang menjadi fokus program intervensi kesehatan global utama, yaitu S. pneumoniae (terutama melalui vaksinasi pneumokokus) dan M. tuberculosis .

Membahas pentingnya perkiraan baru untuk mengarahkan tindakan mendesak, Direktur Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan, Profesor Chris Murray mengatakan bahwa makalah ini sebagai langkah penting yang memungkinkan untuk melihat skala penuh dari tantangan yang ada.

"Kami sekarang perlu memanfaatkan perkiraan ini untuk memperbaiki tindakan dan mendorong inovasi sehingga kami dapat mengendalikan ancaman dan menghindari kematian lebih lanjut yang dapat dicegah," pungkas dia.

Baca juga: 6 Strategi Turunkan Angka Resistensi Antimikroba di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com