Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Cara Kawin Nyamuk Bisa Bantu Perangi Malaria

Kompas.com - 19/01/2022, 18:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Peneliti mengungkap, memahami seluk-beluk cara nyamuk kawin dapat membantu menekan penyebaran penyakit yang dibawa nyamuk.

Beberapa diantaranya seperti malaria, demam berdarah, dan virus Zika.

"Memahami sistem perkawinan yang menarik ini dapat membantu membatasi jumlah keturunan yang sangat penting dalam memerangi penyakit yang dibawa nyamuk," kata Profesor Joerg Albert, penulis utama studi ini.

Seperti dikutip dari Phys, Selasa (18/1/2022) dalam studi ini, para peneliti dari University College London (UCL) Ear Intitute mencatat, nada terbang atau kepakan sayap nyamuk malaria Anopheles gambiae yang terbang bebas.

Baca juga: 5 Serangga Pengisap Darah, Nyamuk hingga Kutu

Nyamuk-nyamuk berjumlah 100 jantan dan 100 betina tersebut diletakkan dalam inkubator khusus dengan mikrofon yang sangat sensitif.

Mikrofon mencatat setiap pergerakan sayap dan memungkinkan peneliti mengetahui frekuensi kepakan sayap mereka selama beberapa hari.

Hasilnya peneliti menemukan, nyamuk jantan mengepakkan sayapnya hingga 500-1000 kali perdetik. Sedangkan nyamuk betina mengepakkan sayapnya 300-600 kali.

Namun pada jantan, kepakan sayap itu ternyata berubah sepanjang hari.

"Saat senja, ketika nyamuk jantan berkerumun dan mendengarkan betina memasuki kawanan, jantan mengepakkan sayapnya lebih cepat," jelas Albert.

Frekuensi sayap yang makin cepat ini menimbulkan nada distorsi, yang akhirnya membuat betina lebih terdengar dan meningkatkan peluang mereka untuk mendeteksi satu sama lain.

Nada distorsi yang dihasilkan saat senja tersebut lebih terdengar di telinga jantan daripada saat jantan melakukannya di waktu lain.

Nyamuk sendiri adalah hewan yang bergantung pada indera pendengaran. Tanpa indera tersebut, mereka tak dapat bereproduksi.

"Dalam kawanan yang sibuk, jantan perlu menemukan betina dengan mendeteksi nada terbang samar betina. Tapi mengingat nada terbang ini hampir tak terdengar, jantan mengepakkan sayap lebih cepat," jelas Albert.

Perubahan dalam kepakan sayap tersebut didorong oleh jam sirkadian internal mereka.

Baca juga: 5 Penyakit yang Ditularkan Melalui Nyamuk

 

Studi ini pun merupakan langkah maju yang penting dalam memahami bagaimana nyamuk menggunakan suara untuk memengaruhi reproduksi.

Meski begitu, peneliti juga perlu memasukkan variabel lain yang belum teridentifikasi, sehingga diperlukan lebih banyak penelitian.

"Pada tahun 2050, karena perubahan iklim yang sedang berlangsung, hampir separuh dunia akan terancam oleh penyakit yang dibawa nyamuk," ungkap Albert.

Untuk memantau dan mengendalikan populasi nyamuk, pemahaman kuantitatif tentang perkawinan pada nyamuk diperlukan.

Ini juga akan membantu mengoptimalkan intervensi genetik seperti pelepasan nyamuk yang dimodifikasi secara genetik.

Studi dipublikasikan di Science Advances.

Baca juga: Perangkap Telur Nyamuk Ini Bisa Kendalikan Nyamuk Demam Berdarah, Ini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com