Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Herry Wirawan Pemerkosa 13 Santriwati di Bandung Dituntut Kebiri Kimia, Hukuman Apa Itu?

Kompas.com - 12/01/2022, 12:36 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Healthline

Efektivitas kebiri kimia

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (4/1/2021) dokter spesialis andrologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta Selatan, dr Nugroho Setiawan mengatakan bahwa pemberian obat anti-androgen akan memicu reaksi berantai di otak dan testis.

"Produksi testosteron 95 persennya berasal dari sel lydig di buah zakar pria. Pemicu agar testosteron diproduksi adalah hormon luteinizing yang dikeluarkan kelenjar hypophysis anterior di otak," kata Nugroho dilansir dari BBC Indonesia.

"Nah, zat anti-testosteron membendung kelenjar di otak agar tidak memproduksi hormon pemicu produksi testosteron. Kalau itu ditekan, otomatis testis tidak memproduksi testosteron. Jadi kait-mengait semuanya," sambung dia.

Baca juga: Guru Pesantren di Bandung Perkosa 12 Santriwati Terancam Dihukum Kebiri, Seperti Apa Hukuman Ini?

 

Kondisi ini membuat seseorang kekurangan hormon testosteron sehingga tidak lagi memiliki dorongan seksual.

Dokter Nugroho menuturkan, munculnya gairah seksual tidak hanya disebabkan hormon testosteron.

Namun, bisa timbul karena pengalaman seksual yang dialami, maupun faktor kesehatan yang akan membangkitkan gairah seksual.

Senada dengannya, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Wimpie Pangkahila menjelaskan bahwa ingatan dari pengalaman seksual seseorang tidak dapat dihapus.

"Tidak pernah ada laporan yang menunjukkan bahwa kebiri kimia memang lebih memberikan efek jera terhadap pelaku kejahatan seksual dibandingkan hukuman lain yang cukup berat. Karena pengalaman seksual sebelumnya kan sudah terekam di otak. Keinginan dia kan masih ada, terlepas apakah dia mampu atau tidak," papar Wimpie.

Baca juga: Kebiri Kimia, Hukuman bagi Pedofilia yang Tuai Kontroversi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com