Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Badai Irama Jantung yang Memicu Kematian Haji Lulung?

Kompas.com - 15/12/2021, 18:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mantan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana atau lebih dikenal dengan Haji Lulung meninggal dunia pada Selasa (14/12/2021), yang diduga akibat badai irama jantung (Arrhythmic Storm).

Hal ini disampaikan oleh Kepala Intensive Cardiovascular Care Unit (ICVCU) RS Harapan Kita, Dafsah A Juzar seperti dikutip dari Kompas TV, Selasa (14/12/2021).

"Setelah empat hari perawatan timbul gangguan irama, badai irama yang awalnya bisa ditangani dengan obat anti irama,"  kata Dafsah.

Baca juga: Belajar dari Meninggalnya Mang Oded karena Serangan Jantung, Begini Cara Deteksi Dini dan Mencegah Penyakit Ini

Namun, karena kondisi Haji Lulung yang tidak kunjung membaik, pihak rumah sakit akhirnya memutuskan mengambil alih pernapasan dan mengurangi beban kerja jantung dengan alat bantu.

"Namun makin lama kami perlu istirahatin (jantung Haji Lulung), mengambil alih pernapasan, mengurangi beban kerja jantung dengan alat bantu, itu sempat perbaikan empat hari, tapi kemudian badai irama timbul kembali," ujarnya.

Lantas, apa itu badai irama jantung?

Dikutip dari European Heart Journal Supplements, badai irama jantung atau badai aritmia ini didefinisikan sebagai tiga atau lebih episode takikardia ventrikel (VT) atau fibrilasi ventrikel (VF) berkelanjutan yang terjadi selama rentang 24 jam.

Sehingga, badai irama jantung ditunjukkan pada kondisi aritmia yang muncul terus menerus dan bahkan tidak bisa dikontrol dengan obat-obatan.

Serta, badai irama jantung ini juga merupakan salah satu dari masalah kelainan irama jantung, tetapi berbeda dengan aritmia.

Kondisi ini lebih sering terjadi pada pasien dengan kardiomiopati dilatasi, baik iskemik atau idiopati, sebagai evolusi dari substrat aritmia dari patologi ini.

Ketika badai irama jantung tersebut tidak bisa lagi diatasi dengan obat-obatan, pihak dokter memutuskan untuk melakukan proses ablasi yang berisiko tinggi.

Proses ablasi umumnya dilakukan sesuai dengan kondisi pasien saat itu. Sebagian besar prosedur ablasi dilakukan melalui pendekatan endokardial (akses ventrikel kiri dengan pungsi trans-septal atau transaortik retograde).

Badai aritmia ini juga dikatakan membawa peningkatan mortalitas atau risiko kematian, baik pada keadaan akut maupun jangka menengah-panjang, lebih tinggi daripada yang tercatat untuk aritmia ventrikel yang bukan bagian dari badai irama jantung ini.

Tingkat rawat inap pada pasien dengan badai irama jantung ini juga mencapai 50-80 persen, tetapi mereka juga berisiko lebih tinggi masuk rumah sakit untuk gagal jantung, transplantasi jantung, dan kematian.

Baca juga: Apa Itu Sarkoma Jantung, Kanker yang Diidap Virgil Abloh Sebelum Meninggal Dunia?

 

Ilustrasi jantung dan otot jantung.yodiyim Ilustrasi jantung dan otot jantung.
Penyebab badai irama jantung

Disampaikan dalam jurnal tersebut, penyebab klinis badai aritmia atau badai irama jantung ini hampir 66 persen tidak diketahui.

Akan tetapi, sekitar 33 persen kondisi tersebut disebabkan oleh gagal jantung kongestif, iskemia akut, dan masalah metabolisme.

Sedangkan, 1 persen badai aritmia ini disebabkan oleh Iatrogenik, overdosis obat, demam (kardiomiopati dilatasi, brugada), pasca operasi jantung, dan ICD BIV atau terapi yang tidak tepat.

Baca juga: Apa Hubungan Obesitas dan Gagal Jantung? Ini Penjelasan Dokter Jantung

Faktor risiko badai irama jantung

Ada beberapa faktor risiko atau pencetus seseorang bisa mengalami badai irama jantung ini, di antaranya sebagai berikut.

- Hipertonia adrenergik

- Iskemia akut

- Gagal jantung

- Kelainan arus kalsium intraseluler

- Ketidakseimbangan elektrolit

Kondisi aritmia yang terjadi terus menerus juga dapat memicu terjadinya badai aritmia atau badai irama jantung.

Meskipun penyebutannya hampir sama, ternyata badai irama jantung (badai aritmia) tidak sama dengan penyakit aritmia.

Aritmia adalah detak jantung yang tidak normal, baik tidak beraturan, terlalu cepat, atau terlalu lambat, yang terjadi saat impuls listrik di jantung tidak bekerja dengan baik.

Faktor penyeab aritmia yakni genetik, kelaianan bawaan, obat-obatan yang dikonsumsi, paparan toksin, maupun virus atau penyakit.

Nah, salah satu faktor luar penyebab aritmia yakni sleep apnea atau kondisi seseorang yang berhenti bernapas saat sedang tidur, sehingga pertukaran oksigen tidak baik dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Sleep apnea ini kemudian membuat kerja jantung jadi meningkat, sedangkan suplai oksigen ke tubuh dan jantung justru berkurang.

Oleh karena itu, Dokter Spesialis Kardivaskular dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, dr Dicky Armein Hanafi Sp.JP (K) mengatakan, kondisi henti jantung yang sering juga bisa menjadi pemicu terjadinya badai irama jantung ini.

Henti jantung (cardiac arrest) adalah akibat dari sesuatu di dalam jantung, apa pun itu penyebabnya. 

Biasanya, henti jantung terjadi karena jantung mengalami badai listrik (electrical storm) bagian dari aritmia. Kondisi terjadi akibat adanya penyumbatan di pembuluh darah koroner, yang mengakibatkan fungsi jantung menurun, dan kondisi listrik jantung berubah.

"Nah, dengan adanya penyumbatan tersebut, penurunan fungsi jantung, listrik jantung berubah, akhirnya ya itu kemungkinan terjadinya henti jantung dalam hal jantung listriknya sangat kacau atau disebut electric storm," jelas Dicky kepada Kompas.com, Rabu (15/12/2021).

Jika tidak ditangani segera, kata Dicky, kebanyakan pasien dengan henti jantung dan badai aritmia ini berujung pada kematian.

Tatalaksana pada pasien dengan badai irama jantung

Penatalaksaan pada pasien yang mengalami badai aritmia dalam dilakukan dengan melihat penyebab kondisi itu terjadi.

Umumnya, dokter akan melakukan evaluasi terhadap pasien terutama mengenai keadaan hemodinamik dan metabolisme pasien; pemantauan elektrokardiogram (EKG) yang berkelanjutan; parameter vital dalam pengaturan perawatn intensif.

Hal paling penting lainnya yakni dokumentasi aritmia yang bertanggung jawab untuk badai aritmia, misalnya pemicu, morfologi VT, EKG dasar, juga dalam pertimbangan kemungkinan pengobatan ablasi.

Stabilisasi pasien, pencegahan kekambuhan aritmia, sedasi dan penahanan tonus adrenergik adalah tujuan utama dari manajemen akut pada kasus badai irama jantung.

Baca juga: 5 Jenis Penyakit Jantung Beserta Gejalanya, dari Endokarditis hingga Gagal Jantung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com