Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/11/2021, 16:31 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com – Banyak yang ingin menurunkan berat badan namun masih bingung harus berapa kali makan dalam sehari saat diet.

Ahli gizi, dokter, dan pakar kesehatan memiliki banyak teori mengenai hal ini, namun beberapa di antaranya justru saling bertentangan.

Misalnya, banyak rencana diet yang memasukkan periode puasa, sementara yang lainnya tidak menyarankan puasa terlalu lama untuk menghindari tubuh mengalami mode kelaparan.

Melihat hal ini, tugas pentingnya adalah menciptakan strategi makan yang efektif untuk diri sendiri, yakni dapat membantu menurunkan berat badan dengan sehat.

Frekuensi makan

Dilansir dari Verywell Health, ada banyak pandangan yang berbeda tentang frekuensi makan yang optimal untuk menurunkan berat badan.

Baca juga: Viral Video Balita Diajari Makan Cabai, Bahayakah? Ini Kata Ahli Gizi

Meski ada banyak penelitian tentang hal ini, belum ada riset mengenai satu cara yang benar atau yang terbaik untuk mengatur waktu makan saat diet.

Hal ini mungkin karena ada begitu banyak variabel, mulai dari jenis makanan yang dikonsumsi, kemampuan metabolisme, dan kebutuhan nutrisi masing-masing.

Meskipun ada banyak penelitian yang mengatakan bahwa lebih sering makan menyebabkan risiko obesitas, ada pula yang menunjukkan sebaliknya.

Ada banyak pilihan rencana makan, seperti makan banyak makanan kecil, puasa, dan tetap berpegang pada pola makan tiga kali makan sehari.

Oleh sebab itu, yang dibutuhkan adalah bereksperimen untuk menemukan waktu makan yang tepat untuk menurunkan atau menjaga berat badan.

Baca juga: Bahaya Makan Es Batu, Bisa Jadi Sinyal Adanya Masalah Kesehatan

Puasa intermiten

Dilansir dari Healthline, puasa intermiten adalah topik yang sering dibicarakan terkait nutrisi dan berat badan.

Artinya, secara strategis seseorang tidak makan pada waktu-waktu tertentu, seperti melewatkan sarapan dan makan siang setiap hari.

Studi tentang puasa intermiten menunjukkan bahwa tingkat metabolisme sebenarnya dapat meningkat di awal.

Selain itu, penelitian pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa puasa intermiten memiliki berbagai manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan glukosa.

Puasa intermiten juga menginduksi proses pembersihan sel yang disebut autophagy, di mana sel-sel tubuh membersihkan produk limbah yang menumpuk di dalam sel yang berkontribusi terhadap penuaan dan penyakit.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com