Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesepakatan di COP26, Pemakaian Batu Bara Bakal Dihentikan

Kompas.com - 04/11/2021, 16:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Polandia, Vietnam, Chili dan ratusan negara lain berjanji menghentikan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara (PLTU) dan berhenti membangun pembangkit listrik baru.

Kesepakatanyang disampaikan tuan rumah KTT COP26 pada Kamis (4/11/2021) itu akan mengikat 190 negara untuk berhenti menggunakan bahan bakar batu bara.

Dilansir dari Reuters, Kamis (4/11/2021), batu bara adalah bahan bakar fosil yang paling berpolusi dan emisi gas rumah kaca dari pembakarannya berkontribusi paling besar terhadap perubahan iklim.

Menghentikan penggunaan batu bara, dipandang penting untuk mencapai target iklim yang disepakati secara global.

Baca juga: Twit Menteri Siti Soal Deforestasi, Greenpeace: Mengecewakan, Seharusnya KLHK Jadi Rem

Dalam kesepakatan yang ditandatangani di COP26, negara-negara berkomitmen akan menghentikan investasi untuk pembangkit batu bara, baik di dalam dan luar negeri.

"Selain itu, negara-negara kaya juga berjanji menghapus pembangkit listrik berbahan bakar batu bara pada tahun 2030-an, dan untuk negara-negara miskin di tahun 2040-an," kata pemerintah Inggris.

"Akhir dari batu bara sudah di depan mata. Dunia bergerak ke arah yang benar, menghentikan penggunaan batu bara dan merangkul manfaat lingkungan dan ekonomi yang didukung energi bersih untuk masa depan," imbuh sekretaris bisnis dan energi Inggris Kwasi Kwarteng.

Secara terpisah, Powering Past Coal Alliance - kampanye internasional yang bertujuan untuk menghapus bahan bakar secara bertahap - mengatakan telah mendapatkan 28 anggota baru, termasuk Ukraina, yang berjanji akan berhenti menggunakan bahan bakar batu bara pada tahun 2035. Batu bara menghasilkan sekitar sepertiga dari listrik Ukraina tahun lalu.

Faktor-faktor termasuk kekhawatiran atas polusi pemanasan planet dan profil ekonomi yang memburuk untuk pembangkit berbahan bakar batu bara telah membatasi pangsanya di negara-negara kaya termasuk Inggris, Jerman, dan Irlandia selama beberapa dekade terakhir.

Tetapi batu bara masih menghasilkan sekitar 37 persen dari listrik dunia pada tahun 2019, dan pasokan lokal yang murah dan melimpah berarti bahan bakar tersebut mendominasi produksi listrik di negara-negara termasuk Afrika Selatan, Polandia, dan India.

Negara-negara ini akan membutuhkan investasi besar untuk mengalihkan industri dan sektor energi mereka ke sumber yang lebih bersih.

Jaringan pipa global untuk proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru telah menyusut dalam beberapa tahun terakhir, meskipun China, India, Vietnam, dan Indonesia termasuk di antara mereka yang berencana membangun pembangkit listrik tenaga batu bara baru.

Inggris tidak mengkonfirmasi apakah negara-negara tersebut akan terlibat dalam janji penghentian batu bara COP26, atau apakah janji Vietman pada hari Kamis akan mempengaruhi pipa proyek batubara yang sudah dalam tahap pra-konstruksi.

Baca juga: Deforestasi, Indonesia Salah Satu Negara Pembabat Hutan Terbanyak

China mengatakan pada bulan September akan menghentikan pendanaan pembangkit batu bara di luar negeri, meskipun janji itu tidak mencakup proyek-proyek domestik.

Sejumlah pengumuman keuangan diharapkan pada COP26 pada hari Kamis untuk menyertai janji batubara - baik melalui investasi baru dalam tenaga bersih, dan dana untuk mendukung pekerja dan daerah yang bergantung pada sektor batubara untuk mata pencaharian mereka.

Negara-negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat mengumumkan kemitraan senilai 8,5 miliar AS (setara Rp 121,9 triliun) dengan Afrika Selatan pada konferensi COP26 pada hari Selasa, untuk membantu negara itu menghapus batubara lebih cepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com