Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyawa Melayang karena Kutukan Mumi, Benarkah Rumor Ini?

Kompas.com - 05/10/2021, 09:02 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

 

Menurut Jasmine Day, ahli Mesir dan penulis buku The Mummy's Curse: Mummymania in the English-Speaking World, kutukan mumi adalah legenda yang berkembang secara bertahap sejak sekitar abad pertengahan abad ke-19.

Legenda kemudian berkembang dalam berbagai bentuk, mulai dari literatur fiksi, film horor, media berita, dan yang terbaru internet. Dan orang-orang pun kemudian mengaitkannya dengan peristiwa-peristiwa tertentu.

Misalnya saja pada saat tenggelamnya Titanic pada 1912. Beberapa orang percaya bahwa ada sebuah mumi di dalam kapal yang menyebabkan tenggelamnya kapal tersebut.

Selain itu menurut Day, ada faktor persaingan media di balik isu kutukan mumi ini. Jadi saat Carnarvon meninggal, Weigall memberikan klaim jika ia meninggal karena kutukan Tutankhamun.

"Yang paling utama di antara wartawan yang tidak puas adalah Arthur Weigall, seorang jurnalis, novelis, dan mantan ahli Mesir Kuno," kata Day.

Baca juga: Ahli Ungkap Isi Buku Kematian Mesir Kuno di Pembungkus Mumi Berusia 2300 Tahun

Hingga saat ini juga, beberapa orang masih suka menghubungkan penemuan arkeologi dan peristiwa kontemporer dengan kutukan.

Ketika peti mati besar berusia 2.000 tahun ditemukan di Alexandria, Mesir, pada tahun 2018, beberapa orang takut jika membukanya akan melepaskan kutukan.

Demikian pula, ketika sebuah kapal memblokir Terusan Suez pada tahun 2021, beberapa orang mencoba menyalahkan mumi karena saat itu dikabarkan kapal juga mengangkut beberapa mumi firaun kuno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com