Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancam Kesehatan, WHO Ungkap Dampak Polusi Udara bagi Manusia

Kompas.com - 24/09/2021, 11:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan polusi udara dalam daftar ancaman lingkungan terbesar dunia, karena sudah banyak fakta dampaknya kepada masyarakat di seluruh dunia.

Polusi udara adalah salah satu ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan manusia, di samping perubahan iklim.

Peningkatan kualitas udara dapat meningkatkan upaya mitigasi perubahan iklim, sementara pengurangan emisi pada bagiannya akan meningkatkan kualitas udara.

Baca juga: WHO: Polusi Udara Masuk Daftar Ancaman Lingkungan Terbesar Dunia

Dengan berjuang untuk mencapai tingkat pedoman ini, negara-negara dapat melindungi kesehatan masyarakat sekaligus mengurangi perubahan iklim global.

Berikut beberapa fakta dampak ancaman kesehatan akibat polusi udara.

1. Tingkatkan kematian dini

Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO, Maria Neira mengatakan, polusi udara sebagai pembunuh senyap.

Di mana setiap tahunnya sekitar 7 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh paparan udara kotor dari luar dan di dalam rumah.

“Polusi udara menjadi ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan. Dengan mengurangi kadar polusi udara, negara-negara di dunia dapat mengurangi risiko penyakit stroke, jantung, kanker paru, PPOK, pneumonia, dan asma," jelasnya.

WHO mengungkapkan, perkiraan kematian setiap tahunnya di dunia akibat polusi udara berdasarkan pengelompokan regional yakni lebih dari 2 juta jiwa di Asia Tenggara. Lebih dari 2 juta juga untuk wilayah Pasifik Barat.

Sementara, untuk wilayah Afrika, kematian akibat polusi udara mencapai 1 juta jiwa. Masing-masing 500.000 jiwa untuk wilayah Mediterania Timur dan Eropa. Serta, kematian akibat polusi di wilayah Amerika mencapai sekitar 300.000 jiwa.

Akibat tercemar polusi udara maka gangguan kesehatan yang dialami oleh anak-anak, dapat mencakup penurunan pertumbuhan dan fungsi paru-paru, infeksi pernapasan, dan asma yang memburuk.

Sedangkan, pada orang dewasa, penyakit jantung iskemik dan stroke adalah penyebab paling umum kematian dini yang disebabkan oleh polusi udara di luar ruangan.

Tidak hanya itu, berbagai bukti juga telah muncul tentang efek lain seperti diabetes dan kondisi neurodegeneratif.

Ini menempatkan beban penyakit yang disebabkan oleh polusi udara, setara dengan risiko kesehatan global utama lainnya, seperti pola makan yang tidak sehat dan merokok tembakau.

2. Penyebab penyakit tidak menular PTM)

Direktur Regional WHO untuk Eropa, Dr Hans Henri P Kluge menjelaskan bahwa setiap tahun, WHO memperkirakan bahwa jutaan kematian disebabkan oleh efek polusi udara, terutama dari penyakit tidak menular.

Sehingga, udara bersih harus menjadi hak asasi manusia yang mendasar dan kondisi yang diperlukan untuk masyarakat yang sehat dan produktif.

Namun, kata dia, terlepas dari beberapa perbaikan kualitas udara selama tiga dekade terakhir, jutaan orang terus meninggal sebelum waktunya, dan seringkali mempengaruhi populasi yang paling rentan dan terpinggirkan.

"Kami tahu besarnya masalah dan kami tahu bagaimana menyelesaikannya. Pedoman yang diperbarui ini, memberikan bukti kuat kepada pembuat kebijakan dan alat yang diperlukan untuk mengatasi beban kesehatan jangka panjang ini," jelas Kluge.

Baca juga: Makan Waktu 3 Tahun, Ini Alasan Lamanya Gugatan untuk Presiden atas Polusi Udara Jakarta

 

3. Penyebab hilangnya kehidupan sehat

Penilaian global terhadap polusi udara ambien saja telah menunjukkan bahwa hilangnya ratusan juta tahun kehidupan sehat, dengan beban penyakit terbesar yang dapat diatribusikan terlihat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Sehingga, semakin terpapar polusi udara, semakin besar dampak kesehatannya, terutama pada individu dengan kondisi kronis.

Di antaranya seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik, dan penyakit jantung, serta orang tua, anak-anak, dan wanita hamil.

Pada tahun 2019, lebih dari 90 persen populasi global tinggal di daerah yang konsentrasi polutannya melebihi pedoman kualitas udara WHO 2005, untuk paparan jangka panjang terhadap PM 2.5.

Negara-negara dengan peningkatan kualitas udara yang didorong oleh kebijakan yang kuat pun mengalami penurunan polusi udara yang nyata, sedangkan penurunan selama 30 tahun terakhir kurang terlihat di wilayah dengan kualitas udara yang sudah baik

Hal ini dikarenakan, hampir 80 persen kematian yang terkait PM 2.5 dapat dihindari di dunia jika tingkat polusi udara saat ini dikurangi menjadi seperti yang diusulkan dalam pedoman yang diperbarui.

Pada saat yang sama, pencapaian target sementara akan menghasilkan pengurangan beban penyakit, yang manfaat terbesarnya akan terlihat di negara-negara dengan konsentrasi partikulat halus (PM 2.5) yang tinggi dan populasi yang besar.

Baca juga: 10 Cara Mengurangi Polusi Udara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com