Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Mitos tentang Vaksin Covid-19 yang Tidak Benar

Kompas.com - 21/07/2021, 21:01 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com – Peluncuran vaksin Covid-19 oleh perusahaan farmasi di berbagai negara merupakan salah satu upaya menangani pandemi Covid-19.

Sayangnya, ada banyak informasi yang salah seputar vaksin Covid-19 sehingga tidak sedikit orang yang ragu bahkan menolak vaksinasi.

Penting untuk memahami fakta-fakta tentang Covid-19 agar tidak mudah termakan informasi palsu yang beredar melalui media sosial maupun aplikasi pengiriman pesan.

Dilansir Missouri University Health Care dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut adalah mitos tentang vaksin Covid-19 yang tidak benar:

1. Mitos: Vaksin Covid-19 tidak aman karena dikembangkan dengan cepat

Fakta: Vaksin Covid-19 terbukti aman karena telah melalui serangkaian proses pengujian dengan standar yang ketat.

Baca juga: Efikasi Vaksin Pfizer Efektif 100 Persen, Apakah Vaksin Ini Kebal Covid-19?

Berbagai tahapan uji klinis harus dilewati hingga vaksin Covid-19 terbukti aman dan efektif serta memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) atau otorisasi penggunaan darurat.

2. Mitos: Vaksin Covid-19 akan mengubah DNA

Fakta: Vaksin Covid-19 tidak mengubah atau berinteraksi dengan DNA dengan cara apapun sehingga tidak benar jika vaksin dapat mengubah DNA.

Baik vaksin MRNA maupun vektor virus Covid-19 mengirimkan instruksi (materi genetik) ke sel untuk membangun perlindungan terhadap virus corona.

Namun, materi genetik itu tidak pernah memasuki inti sel, yang merupakan tempat DNA tersimpan.

3. Mitos: Orang yang divaksin Covid-19 akan positif Covid-19

Fakta: Tidak ada vaksin Covid-19 resmi yang dapat menyebabkan seseorang positif terpapar virus corona.

Baca juga: Negara di Asia Beralih ke Vaksin Lain, Apa Efektivitas Sinovac dan Sinopharm Memudar?

Vaksin bertujuan untuk membangun antibodi terhadap virus dan meminimalisasi risiko gejala serius jika terinfeksi Covid-19.

4. Mitos: Vaksin Covid-19 sebabkan kemandulan pada wanita

Fakta: Informasi yang mengatakan vaksin Covid-19 sebabkan kemandulan pada wanita adalah tidak benar.

Para ahli mengatakan, urutan asam amino (dibagi antara protein spike dan protein plasenta) terlalu pendek untuk memicu respons imun dan tidak memengaruhi kesuburan.

5. Mitos: Sudah pernah terinfeksi Covid-19 tidak perlu divaksinasi

Fakta: Seseorang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 tetap harus divaksinasi. Saat ini, para ahli belum mengetahui berapa lama seseorang terlindungi dari virus setelah sembuh dari Covid-19.

Kekebalan yang diperoleh dari infeksi, yang disebut kekebalan alami, bervariasi antar orang. Beberapa bukti awal mengatakan, kekebalan alamu mungkin tidak bertahan lama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com