Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Delta Lebih Menular dan Bisa Kelabui Sistem Kekebalan, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 16/06/2021, 19:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Lonjakan Covid-19 di Kudus, Jawa Tengah dipicu oleh penyebaran varian Delta. Varian virus corona Delta mengandung dua mutasi yang menyebabkannya lebih menular dan bisa menghindari atau mengelabui sistem kekebalan.

Baru-baru ini, varian Delta dikonfirmasi berdasarkan penelusuran genom oleh para peneliti genom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Kasus Covid-19 di Kudus, Jawa Tengah meningkat tajam. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyadari bahwa ada yang ganjal dengan peningkatan kasus tersebut.

Hal itu disampaikan Ganjar saat memberikan keynote speech dalam webinar, Varian Virus Corona Delta di Kudus, yang Pusat Kedokteran Tropis UGM dan PP KAGAMA, Rabu (16/6/2021).

Hingga akhirnya dilakukan sekuensing genom terhadap sampel pasien Covid-19 di Kudus.

Sebelumnya, Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D., mengatakan bahwa telah dipastikan virus corona yang memicu kenaikan kasus Covid-19 di Kudus, Jawa Tengah adalah salah satunya diketahui merupakan varian Delta.

Hal berdasarkan hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM yang keluar pada 11 Juni lalu.

Baca juga: Varian Virus Corona Delta Menggandakan Risiko Rawat Inap, Ini Risetnya

 

Berdasarkan pemeriksaan genom, dr Gunadi mengatakan dari 34 sampel pasien Covid-19 di Kudus yang diperiksa, 28 sampel di antaranya terkonfirmasi sebagai varian Delta. Dari kasus yang terjadi di Kudus, kata dia, menunjukkan kemungkinan besar telah terjadi transmisi lokal varian yang lebih menular ini.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa sebelumnya sudah terdeteksi beberapa kasus namun bersifat acak, dan sekarang sudah menjadi klaster di daerah Kudus.

"Artinya, kemungkinan besar sudah terjadi transmisi lokal di Indonesia, khususnya di Kudus. Tidak menutup kemungkinan transmisi lokal juga keluar dari Kudus," jelas dr Gunadi, Senin (14/6/2021).

WHO telah menetapkan status atas varian Delta ini sebagai Variant of Concern (VOC) yakni varian yang mengkhawatirkan pada 31 Mei.

Varian Delta diketahui sebagai varian virus corona yang lebih menular. Berdasarkan WHO, varian corona ini juga dapat mengelabuhi sistem kekebalan.

Baca juga: Ahli Ungkap 5 Hal yang Harus Dilakukan untuk Menghadapi Varian Delta

Ilustrasi COVID-19 varian deltaShutterstock Ilustrasi COVID-19 varian delta

Dalam webinar tersebut, dr Gunadi menjelaskan bahwa virus corona varian Delta ini memiliki kemampuan transmisi atau penularan Covid-19 yang lebih menular dan dapat memengaruhi imunitas atau sistem kekebalan.

Dr Gunadi mengungkapkan bahwa varian virus corona dari India ini memiliki tiga jenis, yakni B.1.617.1, B.1.617.2 atau yang dikenal saat ini sebagai varian Delta, dan B.1.617.3.

Secara umum, ketiga tipe varian baru virus corona India ini memiliki muatan mutasi yang bervariasi, antara lain sebagai berikut.

1. Mutasi L452R

Adalah mutasi virus yang ditemukan pada varian Epsilon yakni varian virus corona dari California, Amerika Serikat.

Baca juga: Mengenal Corona Varian Delta, Lebih Menular dari Varian Lainnya

 

"Varian ini sudah terbukti meningkatkan transmisi atau penularan," kata dr Gunadi.

2. Mutasi E484Q

Varian virus corona India juga memuat mutasi E484Q yang juga ditemukan mirip dengan mutasi E484K yang terdapat dalam varian Gamma (P.1) dari Brasil dan pada varian Beta (B.1.315 dari Afrika Selatan).

"Mutasi ini dapat mengelabuhi sistem imun, namun ini hanya ditemukan pada varian B.1.617.1 dan B.1.617.3," imbuh dr Gunadi.

 

3. Mutasi T478K

Dr Gunadi mengungkapkan bahwa mutasi T478K adalah mutasi yang ditemukan pada varian Delta saat ini.

Baca juga: Varian Delta yang Menyebar di Kudus Disebut Super Strain, Ini Penjelasan Ahli

Lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di Kudus, Jawa Tengah. Foto ini perlihatkan 23 pasien Covid-19 di kota itu yang dipindahkan ke Boyolali untuk melakukan isolasi.ANTARA FOTO Lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di Kudus, Jawa Tengah. Foto ini perlihatkan 23 pasien Covid-19 di kota itu yang dipindahkan ke Boyolali untuk melakukan isolasi.

Jadi varian Delta mengandung dua mutasi yakni L452R dan T478K, sehingga menjadikannya sebagai varian bermasalah dalam pandemi ini, yakni lebih menular dan bisa memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Pengaruh dan transmisi varian Delta

Dr Gunadi menyampaikan data penyebaran varian Delta di Inggris dalam webinar tersebut. Ia menjelaskan bahwa awalnya, varian Delta di Inggris hanya menunjukkan penularan yang sedikit.

"Namun, semakin lama, varian ini terus mendominasi kasus Covid-19 di Inggris. Sedangkan varian Alpha hingga hari ini decline (menurun) di Inggris," jelas dr Gunadi.

Selain itu, jelas dr Gunadi, berdasarkan kalkulasi secara matematis, para ahli menympulkan bahwa transmisi atau penularan varian Delta mencapai 41 persen hingga 60 persen.

Baca juga: 10 Nama Baru Varian Virus Corona, dari Alpha, Delta hingga Gamma

 

"Artinya varian Delta lebih menular dibandingkan varian Alpha. Varian Alpha 70 persen lebih menular dibandingkan virus corona Wuhan (virus asli). Jadi bisa dibayangkan seberapa besar penularannya," papar dr Gunadi.

Oleh sebab itu, dr Gunadi mengimbau bahwa perlu waspada terhadap penyebaran atau penularan virus corona varian Delta ini.

Varian delta telah terbukti menimbulkan dua dampak, selain lebih menular, varian ini juga mampu mempengaruhi respons sistem kekebalan tubuh manusia.

Transmisi penularan virus corona dari varian Delta ini begitu cepat, dan telah terlihat pada kasus di India dan Kudus pada saat ini.

Baca juga: Varian Delta di India Picu Gejala Baru, Gangguan Pendengaran hingga Penggumpalan Darah

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com