Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/06/2021, 18:30 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nyamuk menjadi serangga yang keberadaannya bisa dibilang menganggu kehidupan kita.

Gigitan nyamuk diketahui bisa menyebabkan beberapa penyakit. Belum lagi saat sedang terbang hendak menghisap darah kita, nyamuk akan berkeliaran mendengungkan suara di sekitar telinga yang cukup menganggu.

"Dengung di telinga Anda sebagian besar hanyalah efek samping dari kepakan sayap nyamuk. Suara tak memiliki jangkuan yang jauh, jadi Anda paling menyadarinya saat mereka terbang di sekitar telinga Anda," kata Michael Riehle, profesor entomologi di University of Arizona, seperti dikutip dari Live Science, Kamis, (3/6/2021).

Dengung yang Anda dengar, kemungkinan besar juga berasal dari nyamuk betina. Itu karena nyamuk jantan dan betina memiliki kehidupan yang sangat berbeda.

Baca juga: Serangan Spesies Nyamuk Asia di Afrika Timur Berpotensi Memicu Lonjakan Kasus Malaria

Nyamuk jantan biasanya mencari makan dengan menyesap nektar bunga. Mereka tak peduli dengan manusia.

Sementara betina, perlu mencari makan darah setelah kawin agar memiliki energi yang cukup untuk menghasilkan telur.

Nyamuk betina ini juga dilengkapi dengan alat unik untuk menemukan korban berikutnya.

"Dari kejauhan, nyamuk betina memberi tanda pada karbon dioksida yang kita embuskan. Karbon dioksida ini merangsang nyamuk betina untuk mulai mencari inang, sehingga membuatnya terbang bolak balik mengikuti dari mana sumbernya," jelas Riehle.

Dengan kata lain, nyamuk berdengung di sekitar kepala kita, karena di situlah kita mengeluarkan karbon dioksida paling banyak.

Saat nyamuk betina terbang menuju target, nyamuk akan mengepakkan sayapnya kira-kira 500 kali per detik pada frekuensi 450 hingga 500 hertz.

Meski bagi manusia suara itu menganggu, dengungan itu ternyata penarik nyamuk jantan.

Sebelum menghisap mangsanya, nyamuk betina akan membidik panas tubuh dan karbon dioksida.

Nyamuk betina lantas menggunakan sensor rasa di kakinya untuk menentukan apakah manusia atau hewan yang dihinggapinya cukup mengandung darah.

Meski beberapa penelitian menyebut jika golongan darah O adalah mangsa terbaik, Riehle sendiri skeptis dengan hal itu. Ia percaya, bahwa faktor-faktor lain seperti genetika dan bahkan diet seseorang, memainkan peran yang lebih besar seberapa lezat darah orang itu.

"Kulit Anda mengeluarkan campuran aroma unik yang akan menarik beberapa nyamuk," ungkap Riehle.

Baca juga: Mengapa Nyamuk Tertarik pada Darah Manusia? Ilmuwan Jelaskan

Ilustrasi nyamuk sedang mengisap darah manusiaDok. Shutterstock Ilustrasi nyamuk sedang mengisap darah manusia

Studi lain menemukan, bahwa nyamuk betina lebih tertarik pada pria yang memiliki lebih sedikit bakteri pada kulit mereka daripada pria dengan bakteri kulit yang lebih beragam.

Pengisap darah ini juga menyukai orang-orang yang memakai warna gelap, seperti hitam.

Lebih lanjut, Riehle mencatat jika nyamuk sebenarnya cenderung mencari kaki kita dibandingkan tertarik ke kepala kita. Ini karena, kaki kita mengandung bakteri yang mengeluarkan aroma yang menggoda nyamuk.

Namun, kebanyakan orang mungkin juga tak memperhatikan nyamuk berdengung di sekitar pergelangan kaki.

Baca juga: Polusi Cahaya Picu Nyamuk Aedes Aegypti Aktif di Malam Hari

Sebuah studi tahun 1996 dalam jurnal Trends in Parasitology menemukan bahwa nyamuk betina dari genus Anophales yang bertanggung jawab menularkan parasit malaria, tertarik pada bakteri di kaki manusia.

Bakteri bernama Brevibacterium linens adalah bakteri yang sama yang memberikan aroma khas pada keju Limburger.

Studi lanjutan tahun 2013 yang dipublikasikan di jurnal PLOS One mengonfirmasi, bahwa nyamuk ternyata memang tertarik pada keju itu.

Untuk menghindari nyamuk, cara terbaik adalah mengenakan pakaian berwarna terang dan panjang, menggunakan obat nyamuk dan menjauhi titik-titik nyamuk seperti lahan basah saat senja dan fajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com