Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meteor Jatuh di Gunung Merapi, Begini Proses Terjadinya Hujan Meteor

Kompas.com - 30/05/2021, 11:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Foto viral kilatan cahaya yang diduga meteor jatuh di puncak Gunung Merapi, Yogyakarta ramai diperbincangkan oleh netizen.

Foto ini viral setelah diunggah pertama kali oleh akun instagram @Gunarto_Song dan telah direpost oleh banyak akun lainnya. Foto tersebut diketahui dipotret pada Kamis malam, 27 Mei 2021.

Untuk mendapatkan potret tersebut, @Gunarto_Song tak sengaja merekamnya ketika tengah melakukan pemotretan 'long exposure' Gunung Merapi dan tiba-tiba muncul cahaya berkelebat berwarna kehijauan yang menjulang vertikal ke langit sekitar pukul 23.00 WIB pada malam itu.

Lembaga Penerbangan dan Anatriksa Nasional (Lapan) mengatakan, foto viral kilatan cahaya yang diduga meteor jatuh di puncak Gunung Merapi berasal dari hujan meteor.

Baca juga: Viral Foto Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi, Ini Penjelasan BPPTKG

Untuk diketahui, Kamis malam kemarin terdapat dua fenomena hujan meteor.

  • Pertama, hujan meteor Eta Aquarid (031 ETA) yang mulai aktif pada 19 April-28 Mei 2021.
  • Kedua, hujan meteor Arietid (171 ARI) yang aktif pada 14 Mei-24 Juni 2021. 

Fenomena jatuhnya meteor adalah peristiwa biasa, setiap hari pasti ada metor yang jatuh ke Bumi.

Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo mengatakan, secara statistik, setiap hari Bumi dihujani 44 ton meteoroid dan memproduksi 17 buah meteorit dengan beragam massa dan ukuran. 

"Setiap kilometer persegi daratan Bumi akan mendapatkan 1 meteorit dalam 50.000 tahun," jelasnya. 

Nah, memperhitungkan luas daratan Indonesia yang sebesar 1,9 juta kilometer persegi, maka secara statistik akan ada 1 buah meteorit yang mendarat di Indonesia setiap 10 hari sekali.

Lantas, apa yang menyebabkan hujan meteor dan bagaimana proses terjadinya?

Penyebab hujan meteor 

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan Sains dan Antariksa Nasional (Lapan), Andi Pangerang Hasanuddin dalam laman edukasi sains Lapan mengatakan, terjadinya hujan dapat disebabkan beberapa hal, antara lain:

Ilustrasi hujan meteorSHUTTERSTOCK/SKY2020 Ilustrasi hujan meteor
1. Bertemunya lintasan orbit komet-bumi 

Bertemunya lintasan orbit komet dengan orbit bumi, menjadi penyebab utama hujan meteor terjadi.

Pertemuan antara kedua obit ini dapat terjadi karena keduanya yang berbentuk elips dan memungkinkan adanya pertemuan waktu antara orbit bumi dan komet pada saat melintas dekat bumi. 

2. Komet melontarkan gas dan debu

Penyebab kedua terjadinya hujan meteor adalah kondisi saat komet melewati bagian dalam tata surya, terkena cahaya dan panas dari Matahari. 

Pada saat itu terjadi, menyebabkan permukaan komet melontarkan gas dan debu.

3. Komet melintas dekat bumi 

Penyebab hujan meteor yang ketiga, saat komet melintas dekat bumi. 

Pada saat komet melintas dekat bumi, muncul sebuah energi yang dapat menimbulkan tekanan. 

"Selain itu, ketika komet melintas dapat menyebabkan jumlah meteor yang masuk ke dalam bumi meningkat drastis," jelas Andi. 

Peningkatan drastis inilah yang mengakibatkan meteor kehilangan daya untuk dapat mempertahankan posisinya agar tetap berada di orbitnya. Sehingga, dapat menimbulkan hujan meteor di sebagian wilayah bumi.

Proses terjadinya hujan meteor 

Seperti halnya hujan air yang terjadi di Bumi, hujan meteor dapat terjadi setelah melalui beberapa proses, yakni:

1. Bumi melewati puing-puing komet 

Hujan meteor dapat terjadi ketika Bumi melewati puing-puing dari komet.

Dalam pergerakan revolusi Bumi mengelilingi Matahari, Bumi mempunyai sebuah jalur yang disebut dengan orbit. 

Dalam suatu waktu, kata Andi, Bumi yang berada di orbitnya dapat melewati puing-puing komet yang telah mengalami kehancuran. 

"Dan dari sinilah proses hujan meteor bisa terjadi," ujarnya.

2. Orbit Bumi bersinggungan dengan orbit komet 

Selanjutnya, tidak hanya Bumi, komet pun sebenarnya mempunyai orbitnya atau jalurnya sendiri. 

Untuk diketahui, orbit komet cenderung berbentuk lonjong daripada orbit bumi. 

"Beberapa komet mempunyai orbit yang bersinggungan dengan orbit bumi. Inilah kondisi selanjutnya yang menyebabkan terjadinya hujan meteor," jelas Andi. 

3. Komet terlihat punya ekor

Tidak jarang, pada saat ketampakan komet terlihat dari bumi, seolah komet mempunyai ekor dan seperti hujan ketika berjumlah banyak. 

Pada dasarnya inti dari komet sebenarnya adalah partikel debu padat, di mana ketika melewati Matahari akan menjadi panas dan lambat laut menjadi hancur, serta menghasilkan ekor.

"Ekor inilah yang menyebabkan komet tampak memanjang dari bumi," imbuhnya. 

Baca juga: Viral Foto Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi, Apa Itu Meteor dan Hujan Meteor?

4. Puncak hujan meteor 

Proses terakhir adalah saat puing-puing dari inti komet yang hancur ketika melintasi orbit Bumi akan terlihat seperti hujan. 

Andi menyebutkan, pada proses inilah yang terjadinya puncak dari hujan meteor itu. 

Jadi, inti komet yang melintasi Matahari dan bergerak cepat diikuti oleh serpihan berbatu yang didominasi oleh partikel berukuran seperti pasir. 

"Serpihan inilah yang terbakar ketika sampai di atmosfer Bumi. Ketika terbakar, di sekitar serpihan akan menghasilkan cahaya yang tampak dari Bumi menyerupai hujan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com