Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Ditemukan Virus Corona Baru di Malaysia, dari Anjing | Flu Burung Menyebar di 46 Negara

Kompas.com - 25/05/2021, 07:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Seperti yang sudah "diramalkan" para ahli, virus corona baru akan ditemukan di masa depan.

Di tengah berjuang melawan pandemi Covid-19, belum lama ini ilmuwan mengumumkan adanya virus corona jenis baru yang teridentifikasi di Malaysia. Hal yang mengejutkan, virus corona baru ini didga kuat berasal dari anjing yang melompat ke manusia.

Berita soal virus corona baru yang teridentifikasi di Malaysia menjadi salah satu berita populer Sains Kompas.com, edisi Senin (24/5/2021) hingga (25/5/2021).

Selain virus corona baru, penilaian ahli media LIPI soal konten keguguran Aurel yang dibanjiri kritik warganet juga menjadi berita populer lainnya.

Tak cuma itu, peringatan flu burung yang sudah menyebar di 46 negara hingga manfaat air kelapa menjadi berita populer lainnya.

Berikut ulasan berita populer Sains hari ini.

Baca juga: [POPULER SAINS] Satgas IDI Larang Vaksin AstraZeneca untuk 30 Tahun ke Bawah | Varian Baru Virus Corona Tak Terdeteksi Tes Antigen?

1. Virus corona baru dari Malaysia

Ilustrasi anjing menggunakan masker. Virus corona baru yang terdeteksi di Malaysia melompat dari anjing ke manusia.SHUTTERSTOCK/oneinchpunch Ilustrasi anjing menggunakan masker. Virus corona baru yang terdeteksi di Malaysia melompat dari anjing ke manusia.

Para ilmuwan melaporkan virus corona baru yang melompat dari hewan ke manusia. Virus ini berasal dari sumber yang mengejutkan, anjing.

Ketika pandemi Covid-19 pertama kali meledak, Dr. Gregory Grey penasaran apa mungkin ada virus corona lain yang membuat orang sakit dan memicu terjadinya wabah baru.

Melibatkan mahasiswa pascasarjananya yang menciptakan alat tes canggih untuk mendeteksi virus corona, mereka menemukan virus corona baru di Malaysia.

Para pasien yang kebanyakan anak-anak tampak seperti menderita pneumonia biasa.
Namun, 8 dari 301 sampel yang diuji (2,7 persen), diketahui bahwa saluran pernapasan bagian atas pasien terinfeksi oleh virus corona canine, atau virus corona anjing.

Baca selengkapnya tentang penelitian virus corona baru di sini:

Bukan Kelelawar, Virus Corona Baru yang Terdeteksi di Malaysia dari Anjing

2. Menyoal banjir kritik konten keguguran Aurel Atta

Aurel Hermansyah menangis saat menceritakan pendarahan hingga alami keguguranYouTube Atta Halilintar Aurel Hermansyah menangis saat menceritakan pendarahan hingga alami keguguran

Warganet bersimpati dengan kabar keguguran yang dialami Aurel Hermansyah. Namun setelah itu, konten-konten terkait Aurel keguguran terus tayang.

Tidak hanya dari video yang diunggah di YouTube Atta, tapi juga Gen Halilintar dan keluarga Anang. Bahkan ada pula konten yang bekerjasama dengan produk komersial.

Hal ini akhirnya memicu kritik-kritik di sosial media, terutama Twitter.

Dari pantauan Kompas.com di Twitter, kebanyakan netizen mengkritik kenapa pengalaman keguguran mereka terus dijadikan konten "hiburan".

Isu ini pun mendapat sorotan ahli Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di bidang media, Nina Widyawati.

Dia menilai, adanya kritik terhadap Atta tentang komersialisasi yang dilakukan ketika Aurel keguguran yang viral di sosial media seperti Twitter, menunjukkan adanya gatekeeping oleh masyarakat.

"Pengguna Twitter umumnya lebih banyak berasal dari masyarakat berpendidikan, oleh karena itu mampu melakukan kritik tersebut," ucap dia.

Kendati memang pengguna Twitter yang mengkritik Atta mungkin jumlahnya jauh di bawah penonton video Atta.

"Hal yang perlu dilakukan adalah literasi digital baik dari konteks teknologi maupun substansi," tutupnya.

Baca selengkapnya pandangan ahli di sini:

Konten Keguguran Aurel Atta Banjir Kritik, Ahli Media LIPI Nilai Wajar

3. Flu burung menyebar di 46 negara

Ilustrasi flu burung, avian influenza (H5N1) Ilustrasi flu burung, avian influenza (H5N1)

Peneliti virus Weifeng Shi dan George F. Gao dalam artikel perspektif baru di Science, memperingatkan bahaya H5N8 jika tidak memonitornya.

"Wilayah geografis yang terkena dampaknya terus berkembang, dan setidaknya 46 negara telah melaporkan wabah AIV H5N8 yang sangat patogen," ujar Gao.

Sementara hewan yang paling rentan terhadap H5N8 adalah berbagai jenis burung, termasuk ayam dan bebek yang dibudidayakan, juga burung liar dan yang bermigrasi.

Bahkan Gao mengatakan, kasus virus pada manusia juga telah ditemukan.

Wabah flu burung di Rusia pada Desember 2020 melanda pekerja unggas, dengan tujuh orang di sebuah peternakan di Rusia selatan menunjukkan tanda-tanda infeksi – yang mana kasus ini mewakili pertama kalinya H5N8 ditemukan pada manusia.

Baca selengkapnya temuan ahli soal flu burung di sini:

Ilmuwan Peringatkan Bahaya Flu Burung yang Sangat Patogen dan Sudah Menyebar di 46 Negara

4. Manfaat air kelapa

Ilustrasi air kelapaSHUTTERSTOCK/Here Asia Ilustrasi air kelapa

Air kelapa merupakan minuman kaya gizi yang banyak tersedia di Indonesia sebagai negara tropis. Air kelapa sering diminum di siang hari sebagai minuman yang menyegarkan.

Air kelapa juga banyak dipilih menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan cairan harian. Rasanya yang manis dan segar membuat banyak orang menyukainya.

Setidaknya ada 8 manfaat yang diberikan air kelapa untuk kesehatan tubuh, antara lain:

  • Kaya nutrisi
  • Antioksidan
  • Mengandung asam amino
  • Menurunkan gula darah
  • Mencegah batu ginjal
  • Menjaga kesehatan jantung
  • Menurunkan tekanan darah
  • Pengganti elektrolit tubuh

Baca selengkapnya di sini:

8 Manfaat Air Kelapa, Bagus untuk Gantikan Cairan Tubuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com