Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evolusi Tubuh Manusia, Otak Bertumbuh Gara-gara Punahnya Hewan Besar

Kompas.com - 17/03/2021, 17:00 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

Peneliti menemukan bahwa dalam semua kasus terdapat penurunan yang signifikan dalam prevalensi hewan dengan berat lebih dari 200 kg yang berhubungan dengan peningkatan volume otak manusia.

"Kami menghubungkan peningkatan volume otak manusia dengan kebutuhan menjadi pemburu yang lebih cerdas," kata Dr. Miki Ben-Dor, arkeolog dari Universitas Tel Aviv.

Ambil contoh saja kebutuhan untuk berburu lusinan rusa daripada satu gajah. Berburu binatang kecil membutuhkan fisiologi yang disesuaikan dengan cara pengejaran serta alat berburu yang lebih canggih.

Aktivitas kognitif juga meningkat karena pelacakan mangsa membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat sehingga informasi perlu disimpan dalam memori yang lebih besar.

Adaptasi evolusioner manusia pun bisa dibilang berhasil setelah ukuran tubuh hewan buruan mereka makin menyusut.

Ini terjadi menjelang akhir Zaman Batu, ketika hewan menjadi lebih kecil sehingga manusia harus mengerahkan lebih banyak energi untuk berburu.

Namun perubahan ukuran otak manusia kembali terjadi saat Revolusi Pertanian bermula, di mana ada penjinakan hewan dan tumbuhan serta manusia pindah ke permukiman permanen dan menjadi petani.

Di masa tersebut ukuran otak manusia justru menurun ke volume otak saat ini yaitu 1.300-1.400 cc karena mereka tak lagi memerlukan alokasi kemampuan kognitif yang luar biasa untuk berburu.

Baca juga: Hadapi Musim Dingin Ekstrem, Manusia Purba Ternyata Lakukan Hibernasi

"Sementara otak simpanse, tetap stabil selama 7 juta tahun, otak manusia tumbuh tiga kali lipat, mencapai ukuran terbesarnya sekitar 300.000 tahun yang lalu. Selain volume otak, tekanan evolusioner menyebabkan manusia menggunakan bahasa, api dan alat-alat canggih seperti busur dan anak panah, menyesuaikan lengan dan bahu mereka untuk pengejaran yang berkepanjangan. Manusia juga memperbaiki peralatan batu mereka, memelihara anjing dan beralih ke pertanian," ungkap Prof Ran Barkai, yang juga arkeolog dari Universitas Tel Aviv

Studi ini telah dipublikasikan di Quaternary Journal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com