Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Ilmuwan Buat Kapal Nabi Nuh di Luar Angkasa, Kenapa Pilih Bulan?

Kompas.com - 15/03/2021, 20:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Membangun bahtera

Bahtera akan mencakup dua bagian utama di atas dan di bawah tanah. Sampel genetik sendiri akan disimpan dalam modul cryostorage di dalam Lunar lava tube yang akan dihubungkan ke permukaan dengan lift.

Di permukaan, susunan komunikasi dan panel surya akan memungkinkan bahtera dikelola secara otonom dan kunci udara akan membebaskan pengunjung manusia.

Membangun bahtera akan menjadi tantangan logistik yang besar, tetapi Thanga mengatakan, bahwa misi bulan mendatang oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) akan meletakkan dasar untuk jenis proyek konstruksi ini.

Selain itu, mengangkut sampel ke bulan akan menjadi aspek yang paling menantang dan mahal dalam membangun bahtera.

Setidaknya perlu 250 peluncuran roket untuk mengangkut semua materi genetik tersebut.

"Ini akan menelan biaya ratusan miliar dolar untuk membangun bahtera dan mengangkut sampel," kata Thanga.

Baca juga: Ilmuwan Hungaria Kembangkan Rover Pelacak Air di Bulan

Tapi tantangan belum berhenti sampai di situ. Agar sampel diawetkan secara kriogenik, sampel harus disimpan pada suhu yang sangat rendah antara minus 180 hingga minus 196 derajat Celcius.

Ini berarti tidak praktis menggunakan manusia untuk menyortir dan mengambil sampel dari modul cryostorage. Lagi-lagi robotlah yang harus melakukan pekerjaan berat tersebut.

Masalahnya, pada suhu rendah seperti itu, robot akan membeku. Solusinya, menurut para peneliti adalah menggunakan levitasi kuantum.

"Anda dapat mengumpulkan benda-benda yang telah ditandai bersama, sehingga Anda dapat menggerakan robot melalui levitasi. Seolah-olah mereka memiliki tali tak terlihat yang melekat," jelas Thanga.

Sayangnya, teknologi tersebut belum memungkinkan. Jadi, hanya masalah waktu sebelum seseorang mengetahui cara melakukannya.

Meski begitu, peneliti yakin jika umat manusia dihadapkan pada krisis eksistensial yang akan segera terjadi, bisa jadi teknologi itu dapat segera terealisasi.

"Ini adalah proyek yang membutuhkan urgensi nyata, agar banyak orang cukup bersemangat untuk mengejarnya. Saya pikir bisa dicapai dalam 10 hingga 15 tahun jika diperlukan," tambah Thanga.

Baca juga: Eksplorasi Luar Angkasa Pertama, Turki akan Capai Bulan pada 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com