Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Beda Vaksin Nusantara Terawan dengan Lainnya | Penampakan Gunung Gede di Kemayoran

Kompas.com - 19/02/2021, 07:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Vaksin Nusantara inisiasi Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjadi topik populer yang dibaca di kanal Sains Kompas.com.

Vaksin ini disebut sangat personal dan berbasis sel dendritik.

Kami pun mencoba menjelaskan apa bedanya dengan vaksin konvensional seperti Sinovac, Pfizer, hingga AstraZeneca.

Selain beda Vaksin Nusantara dengan vaksin lain, berita populer lain adalah soal pertanyaan apakah orang dengan riwayat autoimun jika terinfeksi Covid-19 efeknya bisa lebih parah hingga viral Gunung Gede yang terlihat dari Kemayoran.

Baca juga: [POPULER SAINS] Sindrom Rapunzel Makan Rambut Sendiri | Dunia di Bawah Antartika

Berikut penjelasan Sains tentang apa yang ada di sekitar kita:

1. Beda Vaksin Nusantara Terawan dengan lainnya

Pelayanan laboratorium di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021).KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Pelayanan laboratorium di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021).

Dijelaskan ahli biologi molekuler Ahmad Utomo, di dalam vaksin konvensional ada yang namanya antigen, yakni bagian dari virus atau virus yang dilemahkan yang berfungsi memicu tumbuhnya antibodi.

Saat vaksin diinjeksikan ke bahu, antigen akan bertemu jaringan kulit dan bertemu sel dendritik.

Sel dendritik adalah sel imun yang berfungsi sebagai guru bagi sel-sel dalam darah yang bertugas memproduksi antibodi.

Nah, hal ini tidak dilakukan oleh Vaksin Nusantara.

Pada vaksin Nusantara, orang yang divaksin akan diambil darahnya kemudian oleh tim peneliti bagian-bagian sel dipisahkan. Tujuannya untuk mengeluarkan sel dendritik.

Peneliti kemudian akan melakukan proses kultur jaringan untuk menumbuhkan sel dendritik di dalam laboratorium, kemudian diberi antigen, dan memasukkannya lagi ke tubuh.

Baca selengkapnya soal cara kerja vaksin Nusantara di sini:

Vaksin Nusantara Terawan Berbasis Sel Dendritik, Apa Bedanya dengan Vaksin Lain?

2. Benarkah pengidap autoimun lebih berisiko terinfeksi Covid-19?

Ilustrasi penyakit autoimun tiroid. Ilustrasi penyakit autoimun tiroid.

Hingga saat ini, studi terdahulu menyatakan bahwa pasien autoimun dengan aktivitas penyakit yang tinggi, lebih berisiko mengalami infeksi apapun, termasuk infeksi virus.

“Namun, sampai sekarang memang masih belum ada bukti yang menunjukkan adanya peningkatan risiko infeksi Covid-19 pada pasien dengan autoimun,” ujar dokter yang berpraktik di Primaya Evasari Hospital saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/2/2021).

Senada dengan hal itu, panduan dari IRA (Indonesian Rheumatology Association) juga menyebutkan, pasien autoimun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit infeksi.

Hal ini karena umumnya pasien autoimun memiliki kekebalan tubuh yang lebih rendah, yang disebabkan oleh obat-obatan yang bersifat immunosuppresant atau menurunkan kekebalan tubuh.

Obat-obatan tersebut digunakan untuk mengontrol penyakit autoimun.

Baca selengkapnya soal penyakit autoimun dan Covid-19 di sini:

Positif Covid-19 dan Punya Riwayat Autoimun seperti Ashanty, Benarkah Efeknya Lebih Parah?

3. Teori baru penyebab punahnya dinosaurus

Evolusi Ajnabia odysseus (dinosaurus berparuh bebek) bermula di Amerika Utara, sebelum menyebar ke Asia, Eropa, dan kemudian Afrika.
CNN Evolusi Ajnabia odysseus (dinosaurus berparuh bebek) bermula di Amerika Utara, sebelum menyebar ke Asia, Eropa, dan kemudian Afrika.

Teori yang berkembang, tabrakan asteroid maha dahsyat 66 juta tahun lalu adalah penyebab musnahnya dinosaurus.

Namun yang ditemukan studi baru, Jupiter-lah yang bertanggung jawab atas hilangnya dinosaurus.

Seperti dikutip dari Phys.org, Rabu (17/2/2021) astronom dari Universitas Harvard menyebut hasil analisis mereka menunjukkan jika benda langit yang menghantam Bumi itu bukanlah asteroid melainkan komet.

Komet yang disebut sebagai komet periode panjang itu terbuat dari puing-puing es seukuran pegunungan atau lebih besar.

Meski begitu menurut peneliti, planet Jupiter lah yang sebenarnya bertanggung jawab atas tabrakan ke planet kita.
"Jupiter sangat penting karena planet itu paling masif di Tata Surya kita," kata Amir Siraj, penulis utama studi ini.

Jupiter bertindak sebagai semacam mesin pinball yang menendang komet periode panjang itu masuk ke dalam orbit dan membawanya sangat dengan Matahari.

Baca temuan baru ilmuwan di sini:

Bukan Asteroid, Ini Lho Teori Baru Penyebab Punahnya Dinosaurus

4. Penampakan Gunung Gede dari Kemayoran, buah manis PSBB

Pemandangan Gunung Gede Pangrango dengan langit cerah tampak terlihat dari kawasan Kemayoran Jakarta Pusat pada Rabu (17/2/2021) pagi ini. Foto ini lantas menjadi viral di media massa.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Syaripudin mengatakan penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB) selama pandemi Covid-19 berdampak positif bagi lingkungan.

Syaripudin mengatakan hal itu bisa terlihat dari kualitas udara dan pandangan langit Jakarta yang tidak lagi berkabut karena polusi udara, sehingga membuat pemandangan Gunung Gede Pangrango terlihat dari Kemayoran, Jakarta Pusat.

Lebih lanjut Syaripudin mengatakan bahwa selama PSBB berlangsung, banyak pembatasan aktivitas warga dilakukan, mulai dari tempat kerja, fasilitas sosial dan fasilitas umum hingga transportasi umum.

Menurut Syaripudin, dengan rendahnya mobilitas warga Jakarta yang bepergian ke luar rumah, maka pencemaran udara dari kendaraan umum dan tempat industri menjadi berkurang.

Kadarsah, Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) membenarkan bahwa PSBB di masa pandemi virus corona ini berkontribusi terhadap penurunan tingkat polusi udara di ibu kota Jakarta.

Baca selengkapnya di sini:

Gunung Gede Terlihat dari Kemayoran, Benarkah PSBB Bersihkan Polusi Jakarta?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com