Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Manusia Paksa Hewan Pindah Lebih Jauh untuk Bertahan Hidup

Kompas.com - 11/02/2021, 20:05 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Sebuah penelitian kembali mengungkap jika aktivitas manusia pada dasarnya mengubah pola pergerakan hewan untuk berburu dan mencari makan.

Perubahan itu, menurut studi yang dipublikasikan jurnal Nature Ecology and Evolution, dapat memengaruhi tingkat kelangsungan hidup para hewan.

Studi tersebut berdasarkan penelitian terhadap lebih dari 160 spesies di enam benua. Peneliti juga melakukan studi literasi melalui 12.000 artikel penelitian yang diambil dari jurnal akademis di seluruh dunia dan mengambil 208 penelitian yang relevan.

Seperti dikutip dari Guardian, Kamis (11/2/2021); dari data tersebut, peneliti menemukan ada perubahan pergerakan hewan akibat aktivitas manusia.

Baca juga: Peringatan, 90 Persen Hewan Darat akan Kehilangan Habitatnya pada 2050

Saat bersinggungan dengan aktivitas manusia seperti berkemah atau melarikan diri dari pemburu, itu akan memaksa hewan untuk bergerak rata-rata 70 persen lebih jauh sebagai respons.

Untuk detailnya sendiri, burung bergerak rata-rata 27 persen lebih jauh sebagai respons terhadap gangguan manusia. Sementara itu, mamalia bergerak 19 persen lebih jauh dan serangga 38 persen.

"Jika hewan tidak bergerak secara alami maka ada potensi dampak yang lebih luas. Dampak itu dapat memengaruhi tingkat reproduksi dan bahkan tingkat kelangsungan hidup populasi," ungkap Tim Doherty, ahli ekologi satwa liar di University of Sydney.

Itulah mengapa melacak perubahan pergerakan hewan menjadi hal penting karena dapat menunjukkan bagaimana perilaku hewan, mulai dari saat melarikan diri dari manusia, predator, mencari makanan, tempat berlindung, atau pasangan.

Baca juga: Deretan Bencana Alam di Awal 2021, Walhi Desak Pemerintah Serius Pulihkan Lingkungan

Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa aktivitas sporadis seperti berburu dan rekreasi lebih berdampak terhadap pergerakan hewan daripada urbanisasi dan penebangan kayu.

Ini menunjukkan bahwa kehadiran manusia yang selama ini dianggap "non-invasif" pun dapat berpotensi merugikan mahluk hidup lain.

"Sebagian besar permukaan bumi telah terganggu oleh manusia. Tapi ada beberapa tempat yang belum dan harus dilindungi. Kita membutuhkan beberapa tempat di bumi di mana hewan dapat hidup dan berkembang sebagai mana mestinya," tambah Doherty.

Prof Corey Bradshaw, direktur Global Ecology Lab di Flinders University di Australia Selatan yang tak terlibat penelitian menyebut jika temuan ini sangat berguna.

Baca juga: Mirip Hewan Peliharaan, Kanguru Juga Bisa Berkomunikasi dengan Manusia

“Sebagian besar spesies meningkatkan pergerakan sebagai respons terhadap gangguan. Hal tersebut memberikan petunjuk menarik mengenai mekanisme tekanan antropogenik di luar yang sudah jelas, seperti predator invasif, hilangnya habitat, atau eksploitasi langsung,” katanya.

Bradshaw juga mengatakan penelitian tersebut menggambarkan pula betapa sulitnya memprediksi bagaimana wilayah jelajah hewan dapat berubah begitu aktivitas manusia dimulai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com