Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dentuman di Bali, Lapan Menduga Berasal dari Meteor Jatuh

Kompas.com - 26/01/2021, 16:24 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menduga bahwa dentuman kuat di Bali adalah meteor yang jatuh.

Hal ini disampaikan oleh Astronom sekaligus Peneliti Madya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Rhorom Priyatikanto dalam keterangan resminya melalui laman orbit.sains.lapan.go.id.

Tepatnya pada tanggal 24 Januari 2021 sekitar pukul 11 Wita, sejumlah warga Buleleng, Provinsi Bali, melaporkan adanya jejak cahaya di langit serta suara dentuman yang terdengar cukup jelas.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan adanya anomali getaran yang tercatat pada sensor seismik stasiun BMKG Singaraja (SRBI) dengan durasi sekitar 20 detik mulai pukul 10.27 Wita atau pukul 09.27 WIB, tetapi ditegaskan bahwa getaran itu bukanlah gempa.

Baca juga: Sensor BMKG Tangkap Suara Dentuman di Bali, tapi Bukan Aktivitas Gempa

 

"Melihat anatomi seismogramnya, tampak bahwa sinyal seismik tersebut bukanlah merupakan sinyal gempa bumi tektonik," kata Daryono, Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, dalam keterangan resminya, Minggu (24/1/2021).

Menurut Rhorom, berdasarkan informasi BMKG dan keterangan warga tersebut, memang ada kemungkinan bahwa kejadian itu merupakan kejadian jatuhnya benda antariksa.

Rhorom mengatakan bahwa sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id tidak menunjukkan adanya benda artifisial atau sampah antariksa yang diperkirakan melintas rendah atau jatuh di wilayah Indonesia.

Baca juga: Meteor Jatuh di Rumah Warga, Astronom Sebut Hanya Terjadi Setahun Sekali

 

Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa kejadian yang teramati di Buleleng berkaitan dengan benda alamiah.

Rhorom menjelaskan bahwa meteor berukuran besar atau juga dikenal sebagai bolide (fireball) bisa jadi masuk ke atmosfer, terbakar, dan jatuh di dekat Buleleng.

"Dalam prosesnya, meteor tersebut dapat memicu gelombang kejut hingga suara dentuman yang bahkan terdeteksi oleh sensor gempa," kata Rhorom dalam keterangan resminya, Senin (25/1/2021).

Umumnya, ada sebagian besar meteor terbakar di atmosfer, tetapi bisa jadi ada sebagian kecil yang tersisa, dan jatuh ke permukaan bumi baik darat ataupun laut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com