KOMPAS.com - Semua masyarakat dunia mengharapkan pandemi Covid-19 segera berakhir.
Maka, salah satu usaha yang telah diupayakan sejak awal pandemi terjadi adalah membuat obat-obatan dan vaksin anti virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Menyangkut persoalan vaksin Covid-19 ini, Juru Bicara Pemerintah sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmidzi pun angkat bicara.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Datang, Bagaimana Izin BPOM dan Kehalalan MUI?
Nadia menjelaskan, pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan no. 9860/2020 telah menetapkan 6 jenis vaksin Covid-19 yang dapat digunakan di Indonesia yaitu vakin produksi Bio Farma, AstraZeneca, Sinopham, Moderna, Pfizer/BioNTech, dan Sinovac.
"Kehadiran dan penggunaannya dalam program vaksinasi di Indonesia masih dinamis mengikuti proses pengadaan dan izin penggunaannya," kata Nadia dalam keterangan tertulisnya oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Minggu (13/12/2020).
Salah satu jenis vaksin yang telah berhasil didatangkan oleh pemerintah ke tanah air, yaitu vaksin Covid-19 Sinovac.
Pada hari Minggu (6/12/2020), 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Untuk diketahui, uji klinik fase 3 awal vaksin Covid-19 Sinovac juga telah dilakukan di Bandung, Indonesia.
Pengujian ini dilaksanakan oleh Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran melalui kerjasama PT Bio Farma dengan Sinovac Biotech China.
Setelah kedatangannya, vaksin Covid-19 Sinovac mengundang perhatian masyarakat dan memicu ragam informasi yang telah beredar luas di sosial media, termasuk tentang sistem pembelian pre-order dan harga jual vaksin itu.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Masuk Indonesia, Epidemiolog: Tunggu Hasil Uji Klinik Fase 3