Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebah Madu Mengalahkan Kerabat Lebah Pembunuh dengan Feses, Kok Bisa?

Kompas.com - 14/12/2020, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Lebah berukuran besar seperti lebah pembunuh dalam genus Vespa, adalah penyerang sarang lebah yang sangat agresif dan mematikan.

Namun, lebah madu Asia dapat mempertahankan diri dari predator serangga tersebut dengan mengoleskan feses hewan lain di sekitar pintu masuk sarang.

Ketika lebah raksasa menargetkan sarang lebah, mereka bisa menyerang dalam satu kelompok dan menguasai koloni.

Namun menurut penelitian baru yang terbit di PLOS One, edisi 9 Desember 2020, lebah madu Asia (Apis cerana) dapat mencegah serangan lebah raksasa Vespa soror - kerabat dekat lebah pembunuhan (Vespa mandarinia) - dengan mengoleskan feses ke pintu masuk sarang.

Baca juga: Pertama Kali, Peneliti Petakan Spesies Lebah di Seluruh Dunia

Pertahanan dengan menggunakan feses atau tinja ini adalah peningkatan kemampuan untuk lebah madu.

"Pasalnya, lebah madu biasanya bergantung secara eksklusif pada tumbuhan untuk bertahan hidup," kata Heather Mattila, seorang profesor di Departemen Ilmu Biologi di Wellesley College di Wellesley, Massachusetts, dan penulis utama tentang perilaku lebah yang tidak biasa ini.

"Pertahanan dengan feses ini cukup canggih, dibutuhkan banyak pekerja untuk mengekskusinya," imbuh Mattila seperti dilansir Live Science, Kamis (10/12/2020).

Lebah madu Asia ukurannya hanya 0,4 inci (10 milimeter), jauh lebih kecil dibanding lebah raksasa Vespa soror yang ukurannya 1,4 inci (35 milimeter).

Seperti lebah pembunuh, V. soror juga memiliki corak garis oranye-hitam di tubuh dan di bagian kepala berwarna oranye.

Lebah V. soror memiliki kebiasaan membunuh lebah, sama seperti sepupu mereka.

Mattila menjelaskan, lebah raksasa biasanya berburu lebah yang berukuran lebih kecil.

Namun pada akhir musim kawin, ketika jumlah induk lebah bertambah banyak dan butuh diberi makan, lebah raksasa mulai menyerang sarang lebah secara berkelompok.

Saat penulis riset mengamati perilaku lebah di tempat pemeliharaan lebah di Vietnam, mereka melihat lebah pekerja menyerang sarang dengan cara menggosok perut pada sarang lebah dan pohon di atas sarang, kata Mattila.

Lebah Madu di Hutan Wanagama, GunungkidulKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Lebah Madu di Hutan Wanagama, Gunungkidul

Tak lama setelah itu, pembantaian berlangsung cepat dan mengerikan. Lebah dewasa dibantai, dan setiap yang selamat meninggalkan sarang, meninggalkan anak-anak mereka yang tak berdaya yang bisa dimakan sepuasnya oleh lebah raksasa yang kelaparan.

Namun, lebah madu Asia memiliki sedikit pertahanan terhadap predator raksasa ini.
Mereka dapat mencegah lebah dengan mendesis, atau dengan berkumpul dalam kelompok dan mengancam menggoyangkan perut mereka.

Lebah juga dapat membunuh lebah secara kolektif sebagi "bola lebah". Mereka mengerumuni penyerang sampai mati lemas atau dimasak sampai mati oleh panas tubuh lebah.

"Lebah madu Asia juga penerbang yang sangat cepat, mereka terbang zig zag, yang membantu mereka menghindari penangkapan oleh lebah yang lebih lambat," kata Mattila.

Dan sekarang, para ilmuwan telah menemukan satu pertahanan lagi, yakni kotoran hewan.

Bukti kuat

Untuk penelitian tersebut, Mattila dan rekannya mengamati tempat pemeliharaan lebah di Vietnam.

Dari 67 peternak lebah yang memelihara lebah madu Asia di sarang kayu, 94 persen mengatakan bahwa sebagian besar dari sarang tersebut memiliki bercak kotoran di dekat pintu masuk.

Para peneliti melihat bahwa jika sarang dikunjungi oleh lebah raksasa, lebah menanggapi dengan mengumpulkan sedikit limbah padat dari kandang ayam terdekat dan tumpukan kotoran mamalia.

Mereka kemudian mengoleskan kotoran itu ke dalam gundukan kecil yang mereka bentuk dengan rahang bawah.

Pertahanan kotoran itu solid. Sarang dengan banyak bercak tinja jarang dikunjungi lebah raksasa, yang tampaknya tidak mau mengunyah atau bergesekan dengan pintu masuk yang tertutup kotoran.

Sarang lebah yang diurapi dengan kotoran tidak pernah berhasil dibanjiri oleh lebah raksasa, menurut penelitian tersebut.

Setelah koloni lebah menyerah, lebah madu Asia kemudian membentuk "bola lebah" yang membunuh beberapa penyerang.

"Namun akhirnya beberapa lebah (madu) meninggalkan sarang mereka karena mereka tidak bisa menghentikan serangan," kata Mattila.

Baca juga: Serba serbi Hewan: Gajah Takut Serangga Kecil seperti Lebah

Laporan anekdotal yang dikumpulkan para peneliti dari Bhutan, China tenggara, Nepal, Thailand dan Vietnam menggambarkan bercak tinja pada sarang lebah.

"Karena lokasi tinja juga berada dalam kisaran V. mandarinia, kemungkinan besar lebah juga menggunakan pertahanan bercak tinja terhadap serangan massal oleh lebah pembunuh," tulis para peneliti.

Satu potongan puzzle yang hilang adalah kenapa tinja bisa mencegah serangan lebah raksasa.

Bisa jadi bau limbah sangat menyengat dan tidak disukai lebah raksasa atau baunya menutupi bau kimiawi yang mereka gunakan untuk "menandai" sarang.

"Kami masih memiliki banyak ide untuk dieksploras. Ini adalah pertanyaan terbuka yang cukup besar pada saat ini," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com