Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2020, 20:30 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

"Ini dapat membantu memberi tahu kami tentang keseluruhan sejarah kosmik pembentukan bintang," ungkapnya.

Sebagai catatan, jumlah cahaya tambahan yang mereka temukan memantul di sekitar alam semesta adalah sekitar 10 nanowatt per m2 per steradian, yakni ukuran sudut pada di langit.

Selanjutnya Dr Lauer membandingkan pengukuran itu dengan jumlah cahaya yang dipasok oleh bintang Sirius.

"Untuk membuatnya lebih dekat dengan apa yang kami lakukan, Anda bisa membayangkan berbaring di tempat tidur dengan tirai terbuka di malam gelap tanpa bulan," jelas Dr Lauer.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Apa Itu Nebula, Fenomena di Tengah Gelapnya Ruang Angkasa?

 

Namun, menurut Dr Postman, pengukuran yang dilakukan tim hanya mencakup cahaya dalam panjang gelombang yang terlihat dan perlu ditambah dengan pengukuran latar belakang radio, sinar-X dan inframerah.

Selama berabad-abad kegelapan langit malam menjadi sumber paradoks. Namun, para astronom menyadari bahwa alam semesta yang berusia 13,8 miliar tahun ini terus berkembang.

Mengakibatkan sebagian besar garis pandang tidak berakhir pada bintang, tetapi pada pijar yang memudar dari Big Bang, serta panjang gelombang pancarannya yang sekarang begitu memanjang, sehingga tidak terlihat oleh mata dan membuat langit tampak gelap.

Mengukur kegelapan alam semesta

Pesawat ruang angkasa New Horizons diluncurkan pada 19 Januari 2006, dan dipercepat oleh Pluto pada 14 Juli 2015.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com