KOMPAS.com- Meskipun tidak terjadi di langit Indonesia, tetapi fenomena langit aurora merupakan hal yang menarik untuk diamati karena keindahan cahaya berwarna-warninya tampak seolah sedang menari-nari.
Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Fitri Nuraeni dalam tulisan resminya di edukasi sains Lapan mengatakan aurora sering muncul di daerah kutub dan lintang tinggi.
Aurora yang terlihat di lingkar kutub utara disebut aurora borealis dan di lingkar kutub selatan disebut aurora australis.
Lantas, bagaimana aurora terjadi?
Baca juga: Aurora Muncul saat Titanic Tenggelam, Benarkah Penyebab Karamnya Kapal?
Dijelaskan Nuraeni bahwa aurora itu terjadi karena atmosfer Bumi berinteraksi dengan partikel bermuatan yang dipancarkan dari Matahari.
Pada saat aktivitas Matahari meningkat, partikel bermuatan dari Matahari dapat memasuki magnetosfer dan memengaruhi sistem arus di dalamnya.
Alhasil, kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya badai geomagnet dan gangguan pada ionosfer.
Baca juga: Usai 1.400 Tahun, Misteri Aurora Merah Akhirnya Terpecahkan
Kemudian partikel bermuatan yang memasuki atmosfer Bumi ini berinteraksi dengan partikel ionosfer, sehingga menghasilkan pendaran cahaya yang berwarna seperti hijau, biru, ungu dan merah, yang selanjutnya disebut aurora.
"Warna-warni aurora disebabkan oleh komposisi atmosfer atas yang terdiri dari berbagai macam atom dan molekul seperti Oksigen dan Nutrogen," jelas Nuraeni.
Ia juga mengatakan, warna aurora yang sering muncul adalah hijau. Sebab, partikel Matahari pada umumnya bertumbukan dengan atmosfer atas pada ketinggian 90 hingga 130 km, di mana terdapat konsentrasi oksigen yang tinggi.