Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2020, 19:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berdasarkan data dari Pescado Ruschel & De Jesus (2020), secara global, prevalensi migrain mencapai 12 persen dari total populasi dan menduduki nomor dua tertinggi sebagai penyebab hendaya (disability).

Selain itu, migrain juga disebutkan menjadi alasan tertinggi nomor 4-5 untuk kunjungan ke unit gawat darurat.

Kondisi migrain paling sering dialami sejak pubertas dan semakin banyak menyerang dengan rentang usia 35-45 tahun.

Meskipun migrain termasuk penyakit yang paling banyak dialami, tetapi Dokter Saraf dari RS Permata Cibubur, dr Irawati Hawari SpS mengatakan bahwa penyakit migrain bisa dicegah dan juga bisa diobati.

Baca juga: Gejala Migrain Tak Hanya Sakit Kepala Sebelah, Ini Penjelasan Ahli

Terapi migrain

Migrain menjadi salah satu nyeri kepala yang banyak dialami. Kabar baiknya, ada dua cara terapi atau tatalaksana untuk mengobati migrain ini.

1. Terapi secara farmakologi

Irawati menjelaskan, tatalaksana dengan cara farmakologis adalah terapi dengan menggunakan obat-obatan medis. 

Tatalaksana dengan farmakologis dibagi atas dua kategori yaitu terapi abortif dan terapi profilaksis.

Untuk diketahui, terapi abortif adalah terapi akut yang berguna untuk mengurangi atau menghentikan serangan sakit atau nyeri kepala yang sedang terjadi.

Adapun berikut beberapa jenis obat yang bisa diberikan sebagai terapi abortif untuk migrain:

  • Paracetamol (non specific)
  • Ibuprofen (non specific)
  • Golongan Triptans (spesifik)
  • Ergotamine (spesifik)

Sementara, terapi profilaksis, disebut juga dengan terapi obat-obatan preventif (pencegahan) yang bertujuan mengurangi risiko berulangnya serangan, serta mengurangi hendaya (disability).

Berikut beberapa jenis obat yang bisa diberikan sebagai terapi profilaksis untuk migrain:

  • Topiramate
  • Sodium valproate
  • Golongan Beta blocker
  • Anti-depresan

Ilustrasi obat Shutterstock Ilustrasi obat

2. Terapi secara non-farmakologis

Untuk terapi non-farmakologis adalah terapi yang dapat dilakukan tanpa konsumsi obat-obatan. Terapi ini dapat dilakukan dengan mengubah pola atau gaya hidup.

"Non-farmakologis ini bisa intervensi medis secara khusus jika diperlukan, misalnya transcutaneous electrical stimulation (tes),"  kata Irawati dalam Edukasi Masyarakat Awam mengenai Penanganan Migrain dari PT Johnson & Johnson Indonesia, Sabtu (5/12/2020).

Terapi non-farmakologis bisa dilakukan dengan menerapkan SEEDS, yakni:

  • Sleep hygiene (tidur cukup, jadwal teratur)
  • Eating schedules (makan bergizi dan teratur)
  • Exercise regimen (olahraga teratur)
  • Drinking water (minum cukup air)
  • Stress reduction (kurangi stres)

Tips mencegah migrain

Irawati menegaskan, upaya pencegahan yang paling utama adalah menghindari faktor-faktor pencetus atau pemicu Anda bisa mengalami migrain tersebut.

"Setiap orang punya faktor pencetus yang beda-beda biasanya, jadi cara mencegah migrain itu kita mencegah apa yang biasanya mempengaruhi dan membuat kita migrain," ujarnya.

Jika Anda migrain ketika mengonsumsi suatu makanan atau minuman yang mengandung bahan tertentu, maka hindarilah kandungan makanan tersebut untuk dikonsumsi.

Sementara, jika Anda sering mengalami migrain karena suhu panas, maka hindari berkegiatan di tempat yang bersuhu panas. Bahkan kurang atau kelebihan tidur juga bisa menyebabkan migrain.

Baca juga: Migrain: Gejala, Pemicu, dan Faktor Risikonya

Selain itu, guna mencegah terjadinya migrain, penting bagi setiap orang untuk memperhatikan beberapa hal berikut:

  1. Melakukan manajemen stress dengan teknik relaksasi atau yoga
  2. Memastikan pola makan yang teratur dan bergizi seimbang
  3. Menurunkan berat badan jika overweight atau obesitas
  4. Mengatur pola tidur yang terarus dengan durasi yang cukup

"Secara keseluruhan, mengubah pola hidup secara berkesinambungan merupakan kunci utama untuk pencegahan migrain," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com