Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
LH Makmun

LH Makmun adalah pensiunan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dokter spesialis penyakit dalam, subspesialis jantung dan geriatri. Selain menangani bidang medis, LH Makmun aktif juga dalam pengembangan pendidikan kedokteran sampai tingkat Nasional. Pernah dipercaya memimpin proyek World Bank-Dikti (HWS Dikti) dengan program pembaharuan sistem kurikulum nasional Fakultas Kedokteran.

Kisah Umum Gagal Jantung Kronik Menuju Transplantasi Jantung

Kompas.com - 04/11/2020, 17:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Faktor risiko PJK yang dapat menuju serangan jantung

Karena PJK merupakan penyebab terbanyak dari GJ Kronik, maka kita perlu memperhatikan apa saja yang menjadi faktor-faktor pencetus PJK, sehingga pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin.

Kita sudah sering mendengar tentang faktor- faktor risiko ini, ada yang bisa dikendalikan, tapi ada juga yang tidak bisa dikendalikan.

Faktor- faktor kelainan yang dapat dikendalikan, yaitu kadar kolesterol tinggi, diabetes mellitus, hipertensi, dan berat badan berlebih. Sementara itu, faktor gaya hidup yang juga perlu dikendalikan yaitu kebiasaan merokok, aktivitas fisik yang kurang dan diet yang tidak sehat, seperti konsumsi garam dan lemak tinggi. Faktor lain yang harus kita terima saja, yaitu usia dan gender.

Faktor penyebab di atas akhirnya nanti akan menyebabkan bentuk gumpalan (plak) dalam pembuluh darah koronar, yang makin membesar dan akan menyempitkan lumen (lubang) pembuluh. Kadang-kadang plak tadi dapat sewaktu-waktu pecah dan tiba-tiba menyumbat pembuluh tersebut, menimbulkan serangan jantung (infark miokar akut) dan bisa mati mendadak.

Oleh karena itu, kita perlu mengontrol kadar kolesterol dan kadar gula bila sudah mengidap kolesterol tinggi dan diabetes Mellitus, dengan cara diet yang sesuai, obat-obatan dan aktivitas fisik teratur. Begitu juga terhadap hipertensi dan berat badan berlebih.

Sebetulnya Kemenkes sudah mempunyai program Germas terhadap pencegahan penyakit jantung, tetapi sayangnya sosialisasinya belum berjalan dengan maksimal.

Mungkin ada baiknya Kemenkes mempertimbangkan gagasan yang pernah dilontarkan oleh Komite Nasional Penanggulangan Penyakit Jantung-Otak-Vaskular untuk membentuk Komunitas Olahraga di setiap Puskesmas bekerjasama dengan masyarakat RT/RW setempat, sebagai “pintu masuk” (port d’entrée) untuk ceramah edukasi tentang pencegahan penyakit jantung.

Dengan adanya kegiatan ber olahraga bersama secara rutin dan teratur, akan terbentuk suatu komunitas yang solid, dan mudah dikumpulkan untuk diberikan acara edukasi kesehatan.

Alat bantu jantung

Di atas dituliskan bahwa dalam pengobatan GJ kronik class IV yang berat, bila pengobatan konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, dipikirkan untuk dilakukan pemasangan alat bantu LVAD (Left Ventriculare Assist Device).

Alat ini mengambil alih fungsi bilik kiri, yaitu mengisap darah dari bilik kiri dengan bantuan motor, kemudian dialirkan kembali ke aorta. Tadinya, alat ini merupakan jembatan atau pengobatan sementara sebelum mendapatkan transplantasi jantung. Namun sekarang sudah mungkin dapat dipakai sebagai terapi semi permanen.

Sudah ada beberapa pasien dari Indonesia dengan GJ berat yang dipasang LVAD, tapi sayangnya masih dilakukan di negara tetangga.

Semoga PJK dapat dicegah sedini mungkin, gagal jantung dapat dihindari. Jangan sampai menjadi gagal jantung kronik dengan penderitaan yang sangat tidak menyenangkan. Kondisi ini tidak saja mengenai usia tua, tetapi dapat terjadi juga pada usia relatif muda.

Apabila sudah pada titik keparahan, tidak bisa diapa-apakan lagi dengan obat-obatan konservatif, terpaksa harus dipasang alat bantu jantung atau transplantasi yang berarti harus dikirim keluar negeri, dan menelan biaya tinggi.

Oleh karena itu, perlu dipikirkan bersama oleh ahli-ahli bidang Kesehatan dan masyarakat untuk menuju penanganan kesehatan yang lebih baik dan lebih maju.

Jakarta, November 2020,

LH Makmun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com