Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona Si Penipu Ulung, Studi Jelaskan Cara Mimikri SARS-CoV-2

Kompas.com - 28/10/2020, 17:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com- Para peneliti di Columbia University, Vagelos College of Physicians and Surgeons menemukan bahwa virus corona sangat mahir meniru protein kekebalan tubuh manusia.

Dalam studi A Sweep of Earth's Virome Reveals Host-Guided Viral Protein Structural Mimicry and Points to Determinants of Disease, yang telah dipublikasikan secara daring di Cell Systems ini mengungkapkan virus corona baru, SARS-CoV-2 seperti tumbuhan atau hewan yang memiliki kemampuan mimikri.

Mimikri adalah kemampuan berkamuflase, baik oleh tumbuhan maupun hewan, untuk menipu pemangsa atau predator.

Strategi serupa ini juga digunakan virus penyebab Covid-19 tersebut untuk meniru protein kekebalan tubuh dari inang mereka, untuk mengelabui agar membantu virus menyelesaikan siklus hidupnya.

Baca juga: 5 Hal yang Membuat Virus Corona SARS-CoV-2 Sangat Mematikan

 

"Virus menggunakan mimikri untuk alasan yang sama seperti tumbuhan dan hewan, untuk menipu. Kami berhipotesis dengan mengidentifikasi kemiripan protein, akan memberi petunjuk tentang cara virus menyebabkan penyakit," kata Sagi Shapira, Ph.D., asisten profesor biologi sistem di Kolese Dokter dan Ahli Bedah Vagelos Universitas Columbia, seperti dikutip dari Phys, Rabu (28/10/2020).

Virus corona ahlinya mimikri

Metode yang dilakukan Shapira dalam studi tersebut adalah dengan menggunakan superkomputer untuk mencari virus peniru dengan program yang mirip dengan perangkat lunak pengenalan wajah tiga dimensi (3D).

Baca juga: Virus Corona Masuk ke Sel Manusia Tak Cuma Lewat ACE2, Ada Jalur Lain

 

Peneliti kemudian memindai lebih dari 7.000 virus dan lebih dari 4.000 inang di seluruh ekosistem Bumi. Hasilnya, mereka menemukan 6 juta peniruan yang dilakukan virus.

"Peniruan adalah strategi virus untuk lebih menyebar yang tidak pernah kita bayangkan. Ini digunakan oleh semua jenis virus, terlepas dari ukuran genom virus, cara bereplikasi atau apakah virus menginfeksi bakteri, tumbuhan, serangga maupun manusia," jelas Shapira.

Akan tetapi, beberapa jenis virus kebanyakan menggunakan mimikri daripada yang lain. Papilloma dan retrovirus, tidak terlalu banyak menggunakan strategi tersebut.

Ilustrasi 3D virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.SHUTTERSTOCK/CORONA BOREALIS STUDIO Ilustrasi 3D virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Justru sebaliknya, virus corona sangat baik dalam menggunakan strategi mimikri. Sebab, dalam studi tersebut, virus SARS-CoV-2 ditemukan meniru lebih dari 150 protein, termasuk banyak yang mengontrol pembekuan darah atau mengaktifkan komplemen.

Ada seperangkat protein kekebalan yang membantu patogen target untuk menghancurkan dan meningkatkan peradangan dalam tubuh.

"Kami mengira bahwa dengan meniru protein komplemen kekebalan dan koagulasi tubuh, virus corona dapat mendorong sistem ini ke keadaan hiperaktif dan menyebabkan patologi yang kita lihat pada pasien yang terinfeksi," kata Shapira.

Selama pandemi, menjadi jelas bahwa banyak pasien Covid-19 memiliki masalah koagulasi dan beberapa di antaranya, saat ini diobati dengan antikoagulan dan obat yang membatasi aktivasi komplemen.

Baca juga: Mungkinkah Virus Corona Covid-19 Menular Lewat Makanan Beku?

 

Berkaitan dengan keparahan Covid-19

Dalam makalah terpisah yang diterbitkan di Nature Medicine, para peneliti Columbia menemukan bukti bahwa disregulasi fungsional dan genetik dalam komplemen kekebalan dan protein koagulasi dikaitkan dengan penyakit Covid-19 yang parah.

Peneliti menemukan orang dengan degenerasi makula, yang terkait dengan peningkatan aktivasi komplemen, lebih mungkin meninggal karena Covid-19.

Selain itu, gen komplemen dan koagulasi lebih aktif pada pasien Covid-19, dan bahwa orang dengan mutasi tertentu pada komplemen dan koagulasi gen lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2. 

 

Ilustrasi mutasi virus SARS-CoV-2. Peneliti temukan mutasi diam-diam virus corona penyebab Covid-19 yang diduga menyebabkan virus ini sulit dihentikan.SHUTTERSTOCK/peterschreiber.media Ilustrasi mutasi virus SARS-CoV-2. Peneliti temukan mutasi diam-diam virus corona penyebab Covid-19 yang diduga menyebabkan virus ini sulit dihentikan.

Sejak makalah studi tersebut diterbitkan pracetak untuk kali pertama pada musim semi lalu, peneliti lain juga menemukan hubungan antara komplemen dan tingkat keparahan Covid-19 dan beberapa uji klinis inhibitor komplemen telah dimulai.

Shapira menjelaskan penyelidikan fungsi protein virus dan mimikri menunjukkan bahwa belajar tentang biologi virus yang mendasarinya bisa menjadi salah satu cara untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana virus menyebabkan penyakit dan siapa yang mungkin berisiko terinfeksi.

"Virus telah menemukan cara untuk mengeksploitasi inang mereka," kata Shapira.

Lebih lanjut Shapira mengatakan dengan mempelajari virus, studi tidak hanya dapat mengungkapkan prinsip-prinsip dasar dalam biologi.

Baca juga: Mutasi Diam SARS-CoV-2, Mungkin Penyebab Virus Corona Sulit Dihentikan

 

Akan tetapi dengan mempelajari virus juga akan mengetahui bagaimana mereka mengganggu homeostasis seluler dan menyebabkan patologi.

Dengan mempelajari virus, maka diharapkan suatu hari nanti kita dapat menggunakan pengetahuan ini untuk melawan patogen yang membahayakan kesehatan masyarakat dunia.

"Selain Covid-19, informasi yang kami kumpulkan tentang bagaimana protein virus corona individu bekerja, tapi juga di semua virus di Bumi, suatu hari nanti dapat dimanfaatkan sebagai blok bangunan dalam intervensi medis," imbuhnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com