Oleh Tuti Siregar
PERTENGAHAN bulan lalu otoritas bea cukai China menolak produk perikanan Indonesia karena kemasan luar produk seafood itu terkontaminasi virus corona.
Sebulan sebelumnya, pemerintah Kota Shenzhen China melaporkan temuan kasus positif Covid-19 pada produk sayap ayam beku yang diimpor dari Brazil. Kasus tersebut diumumkan sehari setelah temuan kasus positif pada produk udang beku yang berasal dari Ekuador di sebuah restoran di Provinsi Anhui, China.
Sampai kini otoritas China telah melaporkan sekitar 10 kasus penemuan virus SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, pada makanan dan kemasannya.
Walaupun otoritas keamanan pangan negara-negara Barat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tidak mungkin orang tertular Covid-19 dari makanan dan kemasannya, insiden tersebut menimbulkan kekhawatiran yang tinggi tentang keamanan produk beku impor yang beredar di China.
Sampai saat ini baru China yang melaporkan dan peduli dengan virus SARS-CoV-2 pada bahan pangan. Kita harus mencuci tangan dengan sabun setelah memegang makanan kemasan beku karena virus ini bisa bertahan lama dalam suhu dingin.
Berita dari China tentang temuan virus pada produk beku dan kemungkinan penularan dari pekerja di perusahaan pangan beku akhirnya menggerakkan otoritas keamanan pangan Selandia Baru untuk menguji ada tidaknya virus pada produk beku di Auckland pada Agustus lalu.
Setelah lebih dari 3 bulan (sejak Mei) tak ada kasus baru Covid-19, negara yang termasuk terdepan dalam penanganan Covid-19 dengan jumlah kasus positif yang rendah ini tiba-tiba pada Agustus lalu dikagetkan dengan temuan kasus positif pada seorang perempuan berusia 50-an tahun. Dia tidak punya riwayat perjalanan luar negeri, juga tidak ada indikasi transimisi lokal.
Hal ini menimbulkan tanda tanya besar bagi pihak otoritas Selandia Baru: dari mana perempuan tersebut tertular. Dugaan kuat, dia tertular virus lewat suaminya yang bekerja di perusahaan pengemasan produk beku, yang dua minggu sebelumnya juga mengalami gejala Covid-19.
Saat itu diduga suaminya tertular virus dari kemasan makanan beku, tapi kemudian pemerintah Selandia Baru mengatakan kemungkinan itu sangat kecil walau saat itu sumber virus belum bisa diketahui secara pasti.
Dengan kemungkinan yang sangat kecil itu, apakah ada kemungkinan makanan dan kemasannya dapat menjadi media penularan virus SARS-CoV-2? Pihak otoritas keamanan pangan dunia mulai mencari data tentang kemungkinan transimisi virus SARS-CoV-2 melalui makanan dan kemasannya.
Mari kita lihat pendapat beberapa otoritas keamanan pangan dunia berikut ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.