Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Vaksin Covid-19 Akan Efektif untuk Lansia?

Kompas.com - 27/10/2020, 09:12 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

"Pada dasarnya semua jenis sel pada orang tua fungsinya telah lemah," kata Birgit Weinberger dari Universitas Innsbruck yang mempelajari immunosenescence dan vaksinasi untuk orang-orang lanjut usia.

"Mereka memproduksi jenis sitokin (protein yang membantu komunikasi antara sel-sel imun) yang berbeda. Saya rasa hal terpenting yang harus diingat, tidak ada sel yang bekerja sendiri."

Jika presentasi antigen oleh makrofag menjadi lemah karena usia tua, maka aktivasi sel T juga akan berkurang, artinya lebih sedikit bantuan untuk sel B dan respons antibodi yang lebih rendah.

Namun ini juga bisa disebabkan karena respons bawaan awal.

"Anda harus ingat bahwa seluruh bagian berbeda dari sistem kekebalan tubuh ini bekerja bersama, layaknya seperti konser," kata Weinberger.

Kita juga memiliki jumlah sel B dan sel T yang terbatas di dalam sistem imunitas adaptif, kata Sharif, dan seiring waktu sel-sel tersebut akan habis.

Ini bisa menimbulkan masalah di usia tua.

"Saat kita menemukan patogen baru, kemampuan tubuh untuk merespons menjadi terbatas."

Immunosenescence juga memiliki efek berbeda pada setiap orang.

Sama seperti bagian tubuh yang lain, beberapa orang menua dengan lebih baik daripada orang lain, entah karena menjaga kesehatan sejak dini ataupun memiliki gen yang bagus.

Tapi tidak semua kabar buruk. Beberapa bagian dari sistem kekebalan tubuh juga meningkat seiring usia.

"Ada beberapa sel dalam sistem kekebalan tubuh yang menjadi lebih kuat seiring dengan bertambahnya usia," ujar Sharif.

"Jika kita sebelumnya terekspos dengan berbagai macam patogen, kita akan memiliki kekebalan memori sehingga kita tidak membutuhkan pasukan sel untuk merespons antigen baru."

Namun Sars-CoV-2 adalah salah satu virus yang belum pernah menginfeksi manusia, sehingga tidak ada yang memiliki memori itu sebelumnya.

Ini adalah keseimbangan dalam sistem kekebalan tubuh manusia: orang-orang yang lebih tua memiliki memori kekebalan yang lebih baik untuk penyakit yang sudah pernah menjangkiti mereka, namun memiliki repertoar lebih terbatas untuk merespons penyakit baru.

Normalnya, hal ini baik-baik saja.

Namun ketika umat manusia terpapar oleh lebih banyak patogen yang melompati spesies (yang disebut dengan penyakit zoonosis), kemampuan kita untuk mengatasi penyakit baru mungkin lebih penting.

Apa artinya untuk proses pembuatan vaksin?

Saat proses vaksin memasuki fase uji klinis pada manusia, pada tahap pertama mereka akan diuji keamanannya (biasanya pada beberapa orang saja), pada tahap kedua mereka diuji untuk kemanjurannya (apakah vaksin menghasilkan respons yang diinginkan), dan pada tahap ketiga mereka diuji untuk efektivitasnya (jika vaksin menghasilkan respons yang tepat, apakah vaksin benar-benar bisa melindungi dari penyakit).

Vaksin pun harus berkompromi.

Sebuah vaksin bisa bekerja dengan baik untuk satu kelompok tertentu, dan bekerja kurang baik untuk kelompok yang lain.

Saat ini, ada banyak uji klinis untuk vaksin Covid-19, banyak yang telah melalui proses pengembangan dan persetujuan. Untuk Weinberger dan Sharif, ini adalah hal yang baik.

Memiliki rangkaian vaksin berbeda artinya kita bisa memilih vaksin yang tepat untuk skenario berbeda.

Salah satu vaksin mungkin bekerja lebih baik untuk orang-orang lanjut usia.

Tidak akan ada vaksin yang sempurna. "Tidak akan ada satu vaksin yang bisa memberikan 100% efektivitas, tidak satu pun," ujar Sharif.

Meskipun semua vaksin yang disetujui harus bisa menunjukkan bahwa mereka bisa melindungi dari penyakit, tidak semua vaksin akan bisa mencegah penularan.

Kebanyakan vaksin bekerja dengan cara menghambat patogen dari menyebabkan penyakit, namun tidak serta merta bisa menghilangkan patogen tersebut dari tubuh.

Artinya, seseorang yang sudah divaksinasi masih mungkin melepaskan partikel virus dan berpotensi menginfeksi orang lain di sekitarnya.

Ini memiliki implikasi penting pada cara yang kita pilih untuk memvaksinasi populasi. Untuk para pemangku kebijakan, titik beratnya harus pada kelompok yang rentan.

Namun jika kita memvaksinasi para perawat, dokter, dan tenaga kesehatan tanpa pertama-tama memvaksinasi para pasien, para pekerja esensial tersebut mungkin terlindungi, namun mereka masih mungkin menularkan patogen kepada kelompok rentan yang lain.

"Vaksin dapat mengganggu rantai penularan, namun sepertinya kita tidak mungkin akan menemukan vaksin yang akan sama sekali memutus penularan," ujar Sharif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com