Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Kasus Malaria di Papua Meningkat, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 15/08/2020, 10:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Kementerian Kesehatan mengeluarkan data baru terkait situasi dan tren kasus malaria di Indonesia.

Malaria adalah penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Anopheles betina, yang dapat menularkan parasit Plasmodium.

Berdasarkan tren kasus positif malaria dan jumlah penderita malaria (Annual Parasite Incidence/API) terjadi penurunan kasus yang signifikan dari tahun 2010-2014, tetapi cenderung stagnan dari tahun 2014-2019.

Untuk diketahui, API merupakan jumlah kasus positif malaria per 1.000 penduduk dalam satu tahun.

Baca juga: Hadapi Pandemi Corona, Pemerintah Juga Fokus ke Eliminasi Malaria 2030

Sementara, tren kasus yang cenderung stagnan terjadi karena tren kasus di Provinsi Papua stagnan dan cenderung meningkat.

Berdasarkan data, tercatat keseluruhan kasus malaria tahun 2019 di Indonesia sebanyak 250.644 kasus. Kasus tertinggi yaitu 86 persen terjadi di Provinsi Papua sebanyak 216.380 kasus.

Selanjutnya, disusul dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 12.909 kasus dan Provinsi Papua Barat sebanyak 7.079 kasus.

Lantas, kenapa tren kasus di daerah Papua stagnan dan cenderung meningkat dibandingkan daerah lainnya?

Nyamuk Anopheles stephensi memperoleh makanan darah dari inang manusia melalui belalainya. Nyamuk ini adalah vektor malaria yang tersebar dari Mesir hingga China.Jim Gathany/CDC Nyamuk Anopheles stephensi memperoleh makanan darah dari inang manusia melalui belalainya. Nyamuk ini adalah vektor malaria yang tersebar dari Mesir hingga China.

Direktur P2P Tular Vektor dan Zoonotik, Dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa kasus yang ditemukan masih belum optimal untuk menurunkan penularan yang terjadi.

"Karena memang kasus malarianya masih banyak sekali, plasmodium malarianya masih banyak," kata Nadia kepada Kompas.com, Jumat (14/8/2020).

Dengan kata lain, banyak orang yang terinfeksi malaria belum terdeteksi dan terus menularkan kepada orang lain

Baca juga: Ilmuwan Temukan Mikroba yang Hentikan Penyebaran Malaria

Selain itu juga, orang yang sudah sembuh gampang terinfeksi kembali, karena tidak melakukan pencegahan seperti menggunakan kelambu ataupun kalau terinfeksi tidak berobat.

Tidak hanya itu, Nadia berkata, masalah lainya yang membuat jumlah kasus penderita malaria di Papua cenderung meningkat adalah karena wilayah ini memang termasuk kategori daerah endemis tinggi.

"Masalahnya, kan, Papua itu daerah endemis tinggi yang artinya masih banyak parasit malaria selain itu jenis nyamuk anopheles itu banyak," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com