Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI Targetkan Buat Vaksin Berbentuk Spray, Kapan Selesainya?

Kompas.com - 29/07/2020, 17:07 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam menangani permasalahan pandemi, beberapa instansi di Indonesia juga berupaya membuat vaksin Covid-19.

Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berusaha membuat vaksin dengan memanfaatkan Receptor Binding Domain (RBD) dari virus SARS-CoV-2 dan direncanakan hadir dalam bentuk spray.

Hal tersebut disampaikan oleh peneliti dari Pusat penelitian Bioteknologi LIPI, Dr rer nat Wien Kusharyoto.

Baca juga: Kemenristek Berencana Uji Klinis Vaksin Covid-19, PMI Siap Beri Dukungan

Menurut Wien, rencana pengembangan vaksin dari LIPI dalam bentuk spray merupakan strategi untuk membuat penggunaan vaksin lebih efektif, mengingat Covid-19 cenderung menjadi penyakit yang menyerang saluran pernapasan.

"Sebagian besar vaksin yang dikembangkan penggunaannya dengan disuntikkan. Nah, kami sebenarnya lebih menyasar keperkembangan berikutnya (spray), karena tidak semua yang bisa efektif juga dari vaksin-vaksin yang dikembangkan saat ini," kata Wien dalam diskusi daring bertajuk Sapa Media3: Menguji Vaksin Corona, Selasa (28/7/2020).

Sementara, kata dia, vaksin suntik memang paling banyak dilakukan dan menyasar pada patogen penyebab penyakit yang banyak berkembang di aliran darah manusia.

Kapan target vaksin spray LIPI selesai?

Diakui oleh Wien, juga upaya mengembangkan vaksin dalam bentuk spray ini memang tidak akan mudah. Sangat mungkin hingga akhir tahun 2021 juga belum selesai.

"Tetapi ini memang lebih sulit dan masih tetap harus dipertimbangkan apa yang bisa ditambahkan untuk membuat vaksin spray ini," ujarnya.

Hal itu juga disebabkan, untuk menciptakan respon imun di jaringan fruktosa lebih sulit daripada menciptakan sistem imun di aliran darah.

Baca juga: Pentingnya Indonesia Memiliki Vaksin Covid-19 Buatan Sendiri

Kata Wien, vaksin yang saat ini sedang dikerjakan penelitiannya oleh LIPI ini tidak bisa disamakan dengan vaksin yang saat ini sudah memasuki uji klinis tahap 2 dan uji klinis tahap 3, seperti Sinovac.

Sementara, saat ini penelitian vaksin oleh LIPI ini baru di tahap paling awal yaitu menentukan bahan baku utama dalam pembuatan vaksin tersebut. Belum sampai pada fase pre-klinis, maupun uji klinis 1-2-3.

"Kalau untuk vaksin LIPI, saya rasa butuh waktu lebih lama, ini soalnya baru di tahap awal. Kita tidak dapat mengklaim apapun sebelum diuji secara valid," tuturnya.

Serta, untuk diketahui bahwa pembuatan vaksin itu sebenarnya lebih ketat persyaratannya dibandingkan dengan membuat obat-obatan.

Baca juga: [Hoaks] Indonesia Dijadikan Kelinci Percobaan Vaksin Corona, Ini Penjelasannya

Hal itu dikarenakan vaksin meliputi orang yang lebih banyak dalam percobaan uji klinisnya, bisa ribuan bahkan puluhan ribu orang sehat. Seharusnya jika efektivitasnya mencapai 60 persen barulah vaksin dinyatakan layak untuk dikomersialkan.

Sedangkan, obat-obatan hanya diujikan kepada mereka yang memiliki sakit tertentu sesuai target.

"Kalau sesuai dengan tahapan normal butuh waktu yang panjang, sampai diproduksi secara komersial itu pun perlu monitoring agar bisa diketahui respon yang terjadi secara luas. Ini memang kompleks dan tidak semudah itu," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com