KOMPAS.com - Sejak diluncurkan pada 26 Desember 2019 menuju planet Jupiter, pesawat ruang angkasa NASA akhirnya terbang di dekat kutub utara bulan Ganymede.
Bulan Ganymede adalah salah satu objek terbesar kesembilan di tata surya. Merupakan bulan berukuran lebih besar dari planet Merkurius yang terdiri dari es air.
Komposisi objek luar angkasa ini berisi petunjuk dasar untuk memahami evolusi 79 bulan Yovian dari saat pembentukannya hingga saat ini.
Melansir Phys, Sabtu (25/7/2020), Ganymede adalah satu-satunya bulan di tata surya dengan medan magnet sendiri.
Baca juga: Fenomena Langka: Bulan, Jupiter, dan Saturnus Sejajar hingga Malam Ini
Sementara di Bumi, medan magnet menyediakan jalur plasma, yakni partikel bermuatan dari Matahari, untuk memasuki atmosfer dan menciptakan aurora.
Namun, karena Ganymede tidak memiliki atmosfer, maka permukaan di bagian kutub utaranya selalu dihujani oleh plasma dari magnetosfer raksasa Jupiter.
Peristiwa bombardir memiliki efek dramatis pada lapisan es yang menyelimuti Ganymede.
Jupiter’s moon Ganymede is larger than the planet Mercury, the only moon in the solar system known to have its own magnetic field. I captured infrared images that provide the first glimpse of Ganymede's icy north pole. Learn more: https://t.co/w26S0aG9C0 pic.twitter.com/cdvB4dxSQs
— NASA's Juno Mission (@NASAJuno) July 24, 2020
Baca juga: Potret Terbaru Jupiter, Citra Terjelas yang Pernah Diambil Manusia
Belum lama ini, NASA Juno tampilkan penampakan epik dari bulan Ganymede melalui citra infamerah yang dikumpulkan oleh Jovian Infrared Auroral Mapper (JIRAM).
JIRAM adalah instrumen yang disematkan pada NASA Juno yang memberikan pemetaan inframerah dari perbatasan utara bulan secara besar-besaran.
"Data JIRAM menunjukkan es di sekitar kutub utara Ganymede telah dimodifikasi oleh hujan plasma," kata Alessandro Mura, co-investigator Juno di National Institute for Astrophysics di Roma, Italia.