Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CDC China: Virus Flu Babi Baru Tidak akan Jadi Pandemi Secepat Itu, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 06/07/2020, 17:00 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber SCMP

KOMPAS.com - Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit (CDC) China meyakinkan publik untuk tidak terlalu khawatir pada munculnya strain virus baru yang menyebabkan flu babi.

CDC mengatakan jenis baru dari virus flu babi memiliki potensi, tetapi bukan ancaman kesehatan masyarakat secara langsung.

Seperti dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Senin (6/7/2020), CDC China telah mengeluarkan penilaian pada pekan lalu setelah sebuah makalah ditulis bersama ilmuwan China dan Inggris.

Termasuk Direktur CDC China, Gao Fu, yang menyerukan pengawasan ketat terhadap virus yang disebut dengan G4 EA H1N1, terutama di di antara pekerja industri ternak babi.

Baca juga: Bisa Jadi Pandemi, Ini 6 Fakta Virus G4 Flu Babi Baru dari China

"Pada tahap ini, virus G4 tidak menyebabkan peningkatan risiko pandemi dibandingkan dengan strain sebelumnya," kata CDC.

Menurut CDC, reassortment dan mutasi virus influenza adalah hal biasa dan mereka dapat menyebabkan pandemi.

Saat ini tidak ada cara untuk memprediksi kapan, bagaimana atau dari mana virus influenza baru akan menyebabkan pandemi.

Gejala klinis yang ada dan hasil uji laboratorium mengarah ke flu babi tetapi ada juga hasil uji sampel yang positif menunjukan kolera babi. Getty Images Gejala klinis yang ada dan hasil uji laboratorium mengarah ke flu babi tetapi ada juga hasil uji sampel yang positif menunjukan kolera babi.

Baca juga: Virus Flu Babi Baru G4 Disebut Sudah Menginfeksi 4,4 Persen Populasi China

Antibodi terhadap flu babi baru terbentuk

Dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences, par apeneliti merinci hasil pengawasan ekstensif untuk virus flu babi antara tahun 2011 dan 2018 di 10 provinsi di China dengan populasi babi yang besar.

Program pengawasan merupakan upaya yang dilakukan China untuk memantau risiko flu babi.

Dalam penelitian tersebut para peneliti menemukan sementara 136 jenis virus telah diisolasi, banyak yang hilang setelah setahun. Akan tetapi, virus G4 bertahan selama beberapa tahun dan menjadi dominan setelah tahun 2016.

Strain adalah hasil dari reassortment, atau pencampuran gen dari beberapa virus, termasuk salah satunya yang menyebabkan pandemi H1N1 yang mewabah tahun 2009 lalu.

 

Sejumlah peneliti mengatakan G4 patut mendapat perhatian lebih besar karena virus dapat mengikat sel-sel manusia secara efektif. Selain itu, belum ada kekebalan yang sudah ada sebelumnya dalam populasi manusia.

Para ilmuwan juga telah menguji 338 sampel serum dari pekerja di peternakan babi dan 230 sampel dari populasi umum.

Hasilnya, ditemukan antibodi flu babi baru dari sekitar 10 persen pekerja yang menangani babi dan 4,4 persen dari populasi umum.

Babi sangat rentan terhadap berbagai jenis virus, yang memungkinkan materi genetik bercampur dan membentuk strain baru.

Baca juga: Ancaman Flu Babi Baru G4, Ini 3 Alasan untuk Tidak Panik Sekarang

Penasihat pengendalian virus corona Gedung Putih, Amerika Serikat, Anthony Fauci mengatakan ketika Anda mendapatkan virus bari yang ternyata merupakan pandemi, itu disebabkan oleh mutasi dan atau reassortment atau pertukaran gen.

Kendati demikian, Fauci juga mengatakan tidak ada kekhawatiran segera tentang pandemi lainnya.

G4 tetap perlu diawasi ketat

Ilmuwan lain pun sepakan bahwa meskipun tidak ada ancaman yang akan segera terjadi, namun G4 tetap patut mendapat perhatian.

"Kita perlu terus mengawasi virus, dan perlu memahami berapa banyak kekebalan dasar yang dimiliki manusia untuk menghadapi virus ini," kata Florian Krammer, profesor vaksinologi di Icahn School of Medicine, Mount Sinai.

Baca juga: Flu Babi Pernah Jadi Pandemi, Ini 6 Faktanya

Oleh sebab itu, diperlukan studi lebih lanjut tentang perkembangan virus flu babi baru ini.

"Tapi, saya tidak melihat bahaya yang akan terjadi," imbuh Krammer.

CDC China mengungkapkan pada pekan lalu ada 3 kasus infeksi G4 pada manusia yang dilaporkan sejak 2010.

Para ilmuwan dan peneliti lain yang tidak terlibat dalam penelitian sepakat bahwa tidak ada bukti penularan dari manusia ke manusia. Meskipun prevalensi antibodi di antara pekerja babi menunjukkan virus telah berpindah dari babi ke manusia.

 

"Ketika ada virus baru yang menular pada orang-orang seperti virus baru (G4) ini, selalu ada kemungkinan ada beberapa kasus penularan dari orang ke orang yang tidak terdeteksi," ungkap Keiji Fukuda, direktur sekolah kesehatan publik dari University of Hong Kong.

Akan tetapi, kata dia, saat ini tidak ada wabah yang terdeteksi atau dilaporkan konsisten dengan penularan dari orang ke orang. Ini biasanya adalah cara awal mendeteksi bukti transmisi virus.

Baca juga: Virus Corona Dinilai Akan Jadi Pandemik, Ini Bedanya dengan Flu Babi

"Dalam situasi ini, penting bagi kami untuk terus mengawasi contoh-contoh virus ini yang dapat menjadi dasar bagi pengembangan vaksin manusia di masa depan," kata Fukuda.

Pakar influenza ternama dari Organisasi Kesehatan (WHO) ini pernah menangani pengendalian virus flu babi H1N1 pada 2009 lalu.

“Meskipun (saat ini) Covid-19, G4 (flu babi baru) harus dipertimbangkan, dipantau dan diperlakukan sebagai ancaman pandemi potensial lainnya. Ini sulit tetapi kenyataan dipaksakan oleh dunia mikrobiologis," jelas Fukuda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com