Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TOSS-GCB Ubah Sampah Sungai Ciliwung Jadi Energi Listrik, Begini Prosesnya

Kompas.com - 01/07/2020, 19:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama ini sampah yang mengotori aliran sungai hanya dibersihkan saja dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Prihatin dengan kondisi tersebut, Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) membuat inovasi Tempat Olahan Sampah Sungai (TOSS) yang dipergunakan untuk mendapat manfaat dari limbah sampah di sepanjang aliran sungai Ciliwung.

TOSS-GCB adalah konsep pengolahan sampah rumah tangga dan biomassa yang berbasis komunitas atau masyarakat dan digagas oleh Supriadi Legino menggunakan teknologi peuyeumisasi (Biodrying), hasil karya inovasi Sonny Djatnika Sundadjaja.

Pengawas Sungai Ciliwung di wilayah Tanah Abang, Ahmad Jidon, berkata bahwa penanganan sampah khususnya di daerah ibukota umumnya memakai metode 3P yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan.

Baca juga: Sampah Plastik Saat PSBB dan WFH Meningkat, Ini 6 Hal yang Bisa Kita Lakukan

Seiring perkembangan teknologi, barulah digunakan teknologi mengolah sampah dengan metode kompos, lalat tentara hitam (Hermetiallucens), digester hingga daur ulang sampah plastik.

Akan tetapi, untuk sampah di sungai, terdapat kendala di sisi pengumpulan dan pengangkutan sampah terutama bila sampah tersebut berjenis biomassa dengan dimensi besar dan padat.

"Pengolahannya menjadi tantangan tersendiri," kata Ahmad.

Berdasarkan data, sebagian besar sampah yang ada merupakan kiriman dengan jenis biomassa seperti kayu, bambu dan belukar rerumputan.

"Dengan program TOSS-GCB yang membutuhkan bahan baku dari sampah biomassa, permasalahan tersebut bisa terjawab," tuturnya.

Bahkan, menurut dia, program ini bisa memberikan nilai tambah berupa energi panas dan energi listrik, selain sampah tidak mengalir dan menumpuk di hilir sungai.

Baca juga: Jepang Pernah Penuh Sampah, Kok Bisa Berubah Jadi Bersih?

Proses pengolahan sampah TOSS-GCB

TOSS-GCBGerakan Ciliwung Bersih TOSS-GCB

Pertama, sampah dari sungai akan dimasukkan ke dalam kotak bambu berukuran 2x1,25x1,25 meter kubik atau setara dengan 1 ton sampah, tanpa pemilahan.

Kedua, sampah di dalam bambu tersebut disiram dengan bioaktivator yang akan membuat sampah menyusut hingga 50 persen dan mengering dengan tingkat kelembapan di bawah 20 persen dalam waktu tujuh hari.

Ketiga, sampah yang telah melalui proses peuyeumisasi tersebut siap untuk dijadikan bahan baku energi berupa briket atau pelet dengan nilai kalori setara dengan batu bara.

Supriadi menjelaskan, briket atau pelet ini merupakan produk batu bara nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku campuran batu bara dalam industri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com