Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

TOSS-GCB Ubah Sampah Sungai Ciliwung Jadi Energi Listrik, Begini Prosesnya

KOMPAS.com - Selama ini sampah yang mengotori aliran sungai hanya dibersihkan saja dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Prihatin dengan kondisi tersebut, Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) membuat inovasi Tempat Olahan Sampah Sungai (TOSS) yang dipergunakan untuk mendapat manfaat dari limbah sampah di sepanjang aliran sungai Ciliwung.

TOSS-GCB adalah konsep pengolahan sampah rumah tangga dan biomassa yang berbasis komunitas atau masyarakat dan digagas oleh Supriadi Legino menggunakan teknologi peuyeumisasi (Biodrying), hasil karya inovasi Sonny Djatnika Sundadjaja.

Pengawas Sungai Ciliwung di wilayah Tanah Abang, Ahmad Jidon, berkata bahwa penanganan sampah khususnya di daerah ibukota umumnya memakai metode 3P yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan.

Seiring perkembangan teknologi, barulah digunakan teknologi mengolah sampah dengan metode kompos, lalat tentara hitam (Hermetiallucens), digester hingga daur ulang sampah plastik.

Akan tetapi, untuk sampah di sungai, terdapat kendala di sisi pengumpulan dan pengangkutan sampah terutama bila sampah tersebut berjenis biomassa dengan dimensi besar dan padat.

"Pengolahannya menjadi tantangan tersendiri," kata Ahmad.

Berdasarkan data, sebagian besar sampah yang ada merupakan kiriman dengan jenis biomassa seperti kayu, bambu dan belukar rerumputan.

"Dengan program TOSS-GCB yang membutuhkan bahan baku dari sampah biomassa, permasalahan tersebut bisa terjawab," tuturnya.

Bahkan, menurut dia, program ini bisa memberikan nilai tambah berupa energi panas dan energi listrik, selain sampah tidak mengalir dan menumpuk di hilir sungai.

Pertama, sampah dari sungai akan dimasukkan ke dalam kotak bambu berukuran 2x1,25x1,25 meter kubik atau setara dengan 1 ton sampah, tanpa pemilahan.

Kedua, sampah di dalam bambu tersebut disiram dengan bioaktivator yang akan membuat sampah menyusut hingga 50 persen dan mengering dengan tingkat kelembapan di bawah 20 persen dalam waktu tujuh hari.

Ketiga, sampah yang telah melalui proses peuyeumisasi tersebut siap untuk dijadikan bahan baku energi berupa briket atau pelet dengan nilai kalori setara dengan batu bara.

Supriadi menjelaskan, briket atau pelet ini merupakan produk batu bara nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku campuran batu bara dalam industri.

"Terutama yang kaitannya dengan pembangkit listrik," ujar Supriadi.

Sembari menunggu diterbitkannya peraturan direksi untuk penggunaan biomassa sebagai cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap dengan persyaratan teknik dan lingkungan yang ditentukan oleh PLN; briket atau pelet dari TOSS-GCB ini dapat digunakan oleh masyarakat melalui Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dengan mengkonversi menjadi gas sintetis (syngas) dengan proses gasifikasi.

Supriadi juga menegaskan bahwa syngas mampu menjadi substitusi bensin pada genset atau solar pada mesin disel.

"Dan listriknya bisa untuk menjernihkan air untuk keperluan mandi, cuci, kaktus (MCK) dan kebutuhan lain berbasis listrik," jelasnya.

Dalam pengembangannya, TOSS-GCB akan dilengkapi dengan instalasi hybrid renewable energy dengan cara mengkombinasikan Diesel atau Genset Gasfikasi berbahan bakar briket atau pelet sampah dengan panel surya, turbin angin, dan mikro hyrdro.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/01/193100723/toss-gcb-ubah-sampah-sungai-ciliwung-jadi-energi-listrik-begini-prosesnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke