Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru: Dinosaurus Punah karena Asteroid Bukan Letusan Gunung Berapi

Kompas.com - 01/07/2020, 09:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepunahan dinosaurus bersamaan dengan 75 persen kehidupan di Bumi terjadi sekitar 65 juta tahun yang lalu. Penyebabnya diyakini karena hantaman asteroid besar di wilayah lepas pantai Meksiko.

Kendati demikian, penyebab dinosaurus punah ini masih terus diperdebatkan. Beberapa di antaranya meyakini selain asteroid, aktivitas gunung berapi di masa itu turut bertanggung jawab atas kepunahan.

Kini penelitian baru menunjukkan, asteroid tidak membutuhkan bantuan dari lutusan gunung berapi untuk membuat Bumi menjadi tidak ramah pada dinosurus dan mahluk hidup lainnya di masa itu.

Baca juga: Letusan Gunung Berapi Jadi Pemicu Kepunahan Massal 450 Juta Tahun Lalu

Melansir IFL Science, Selasa (30/6/2020), studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences (PNAS) ini, mengamati dampak asteroid pada Kawah Chicxulub di Semenanjung Yucatán, Meksiko.

Selain itu, peneliti juga mengamati dampak erupsi pada perangkap Deccan (Deccan Traps), peraduan gunung berapi di Dataran Tinggi Deccan, India.

Pada masa itu, Deccan Traps pernah mengalami serangkaian letusan gunung berapi.

Ilustrasi kehidupan bumi di zaman mesozoik. Dinosaurus mendominasi kehidupan pada masa itu. WIKIMEDIA COMMONS/Gerhard Boeggemann Ilustrasi kehidupan bumi di zaman mesozoik. Dinosaurus mendominasi kehidupan pada masa itu.

Baca juga: Misteri Fosil Telur Raksasa dari Antartika Terungkap, Mungkinkah Milik Dinosaurus?

Kedua fenomena alam itu melepaskan gas dan material ke atmosfer, satu secara instan dan lainnya selama puluhan ribu tahun.

Pelepasan tersebut memengaruhi iklim, tetapi para ilmuwan tidak yakin tentang kontribusi relatif keduanya.

Untuk menyelidiki lebih dalam, tim menggunakan model matematika dan penanda geologi iklim, serta menggabungkannya dengan faktor lingkungan seperti curah hujan dan suhu.

Hasil analisis menunjukkan, hanya asteroid yang bertanggung jawab untuk melepaskan partikel yang menghalangi Matahari. Akibatnya, menjerumuskan Bumi ke musim dingin yang berlangsung selama beberapa dekade.

 

"Kami menunjukkan bahwa asteroid menyebabkan dampak musim dingin selama beberapa dekade, dan efek lingkungan ini menghancurkan lingkungan yang cocok untuk dinosaurus," ujar Dr Alessandro Chiarenza, pemimpin penelitian ini, yang sedang menempuh PhD di Departemen Ilmu dan Teknik Bumi di Imperial College London. 

Dr Chiarenza menambahkan studi ini mengonfirmasi untuk pertama kalinya secara kuantitatif, bahwa satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk kepunahan adalah dampak musim dingin yang membasmi habitat dinosaurus di seluruh dunia.

Penelitian ini malah membalikkan teori sebelumnya tentang Deccan Traps, yang menurut Dr Alessandro, serangkaian letusan gunung berapi pada masa itu telah membantu beberapa spesies untuk mengatasi kehancuran akibat dampak musim dingin.

Baca juga: Tak Hanya T-rex, Ini Bukti Dinosaurus Karnivora Besar Pernah Hidup di Australia

Ia mengatakan, penelitiannya memberikan bukti baru yang menunjukkan letusan gunung berapi kemungkinan telah mengurangi efek pada lingkungan.

Hal itu sebagai akibat dari dampak hantaman asteroid, terutama dalam mempercepat kenaikan suhu setelah dampak musim dingin.

"Pemanasan yang disebabkan oleh gunung berapi ini membantu meningkatkan kelangsungan hidup dan pemulihan hewan, serta tumbuhan yang terbentuk melalui masa kepunahan (dinosaurus), dengan banyak kelompok berkembang setelahnya, termasuk burung dan mamalia," jelas Dr Chiarenza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com