Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elon Musk, SpaceX, dan Impiannya Membuat Koloni di Mars

Kompas.com - 31/05/2020, 12:07 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Banyak orang bermimpi untuk pergi ke luar angkasa, pindah ke planet lain, atau bahkan membangun sebuah koloni di sana. Namun, tak banyak orang yang bisa mewujudkannya.

Ide futuristik itu salah satunya keluar dari otak seorang pria pembuat game software pertamanya pada usia 12 tahun: Elon Musk.

Lahir di Afrika Selatan pada 28 Juni 1971, Elon Musk mengalami masa kecil yang kurang menyenangkan. Ia kerap mengalami bully sampai usianya 15 tahun.

Orangtua Elon Musk bercerai saat usianya 10 tahun. Ibundanya, Maye Musk, adalah seorang model asal Kanada. Ia memiliki lima pekerjaan sekaligus untuk bisa menghidupi Elon dan dua saudaranya. Sementara sang ayah, Errol Musk, adalah seorang insinyur kenamaan Afrika Selatan.

Baca juga: Elon Musk Pamerkan Roket Terbaru SpaceX yang Bergaya Retro

Pada usia 17 tahun, Elon Musk pindah ke Kanada. Pada 1992, ia belajar bisnis dan fisika di University of Pennsylvania kemudian melanjutkan studinya pada jurusan fisika energi di Stanford University.

Di sanalah ia memulai perusahaan pertamanya, Zip2 Corporation yang kemudian menyediakan konten untuk situs berita seperti New York Times dan Chicago Tribune. Elon dan adiknya, Kimbal Musk, kemudian membuat perusahaan X.com yang kemudian menjadi PayPal.

Adalah pada 2002 Elon Musk menciptakan perusahaan ketiganya, Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX) dengan tujuan membangun pesawat ulang-alik untuk perjalanan komersial luar angkasa.

SpaceX dan impian Elon Musk

Pada 2008, SpaceX terbilang cukup besar. National Aeronautics and Space Administration (NASA) bahkan mempercayakan SpaceX untuk mengangkut kargo dari Bumi menuju International Space Station (ISS).

Lewat SpaceX, Elon Musk melaksanakan tugas tersebut dengan tujuan yang masih sama yaitu mengirim manusia ke luar angkasa untuk kepentingan komersial.

Baca juga: Resmi Sudah, Uji Penerbangan Kapsul Astronot Milik SpaceX Sukses

Tak hanya itu, pada 2017, Elon Musk mengungkapkan kepada publik cita-citanya untuk membuat sebuah koloni di Mars 50 tahun dari sekarang. Tepatnya sekitar tahun 2060.

“Saya rasa akan ada dua jalan fundamental. Pertama adalah kita tinggal di Bumi untuk selamanya, dan nanti akan mengalami kepunahan. Alternatifnya adalah membangun peradaban baru antar-planet,” tutur Elon Musk seperti dikutip dari The Telegraph, 21 Juni 2017.

Ilustrasi peluncuran pesawat ulang-alik ke MarsSPACEX Ilustrasi peluncuran pesawat ulang-alik ke Mars

Lebih detailnya Musk menyebutkan rencananya untuk memindahkan satu juta penduduk Bumi ke Mars. Rencana besar tersebut akan dimulainya dengan mengirim manusia ke Mars pada 2023.

Dalam rencana yang dipublikasikan pada jurnal New Space, milyarder tersebut berencana untuk membangun ‘Mars Colonial Fleet’ dengan lebih dari 1.000 pesawat ulang-alik yang mengangkut 200 penumpang dalam sekali jalan.

Tak hanya penumpang tapi juga material untuk membangun rumah dan pertokoan.

Baca juga: Elon Musk Siap Luncurkan 1 Juta Orang ke Mars pada 2050

Ia mengestimasi, koloni pertama akan mulai dipersiapkan dalam satu dekade mendatang. Ia juga memperkirakan butuh waktu 40 hingga 100 tahun antar-jemput populasi dari Bumi untuk mengisi satu kota di Mars.

“Sebuah kota di Mars bisa aktif dengan memiliki satu juta penduduk. Jika Anda hanya bisa antar-jemput tiap dua tahun sekali dengan 100 orang per pesawat, itu artinya Anda butuh 10.000 kali perjalanan,” tuturnya.

Starship

Untuk memulai impiannya, Musk berencana untuk membangun 1.000 Starship. Ini adalah pesawat ulang-alik yang akan membawa populasi manusia ke Mars. SpaceX tengah mengembangkan Starship di South Texas.

Starship diperkirakan akan rampung dalam waktu 10 tahun. Hal itu berarti 100 Starship akan dibuat dalam setahun.

Starship, jika benar diwujudkan, akan menjadi pesawat ulang-alik terkuat yang pernah dibangun. Setiap kali diluncurkan, Starship bisa membawa beban lebih dari 100 ton dan 100 manusia menuju orbit.

StarshipSPACEX Starship

SpaceX membangun lebih dari 20 prototipe berbeda dari Starship untuk memastikan mana yang bisa benar-benar menerbangkan manusia dan material.

Sistem peluncuran Starship akan mencakup rocket booster setinggi 22 lantai bernama Super Heavy. Dengan adanya Super Heavy, Starship akan memiliki tinggi 118 meter.

Dikutip dari Business Insider, 17 Januari 2020, Musk mengatakan berencana untuk mengorbitkan Starship pada pertengahan 2020 dan mungkin menerbangkan manusia sebelum akhir tahun ini.

Elon Musk menjelaskan bahwa Mars adalah opsi yang lebih baik dibanding Bulan karena memiliki jumlah waktu dalam sehari hanya 30 menit lebih lama dibanding Bumi. Mars juga disinari cahaya Matahari dan dirasa memiliki atmosfer yang lebih memungkinkan untuk ditinggali manusia.

Baca juga: Elon Musk Berencana Pindahkan Populasi ke Mars, Ini Roketnya

“Lagipula akan lebih seru di Mars, karena Anda akan punya gravitasi sekiar 37 persen lebih berat dibanding Bumi,” tuturnya.

Saat ini, biaya yang dibutuhkan untuk mengirim manusia ke Mars adalah sekitar 10 miliar dollar AS. Tampaknya angka tersebut cukup masuk akal bagi Musk.

“Alasan utama saya mengumpulkan kekayaan adalah untuk mendanai ini. Saya tidak memiliki motivasi dan kontribusi apapun selain membangun kehidupan antar-planet,” tuturnya.

Peluncuran Crew Dragon

Titik awal perjalanan membangun populasi manusia di Mars baru saja dimulai kemarin, Sabtu (30/5) tepat pukul 15.22 waktu AS.

Roket perdana SpaceX bernama Crew Dragon berisi dua astronot AS diluncurkan dari Florida, lokasi yang sama dengan peluncuran misi Apollo.

Mengutip Washington Post, peluncuran roket tersebut disaksikan langsung oleh Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden Mike Pence dari balkon pribadi mereka.

Baca juga: SpaceX Diluncurkan, Era Baru Pesawat Ulang-alik Dimulai

Crew Dragon meluncur dengan mulus. Roket tersebut seharusnya meluncur tiga hari lalu, namun sempat tertunda akibat cuaca yang buruk.

“Ini adalah kali pertama SpaceX meluncurkan astronot. Serta untuk kali pertama, pemerintah memberi kepercayaan terhadap perusahaan swasta untuk meluncurkan astronot ke orbit,” tutur konsultan luar angkasa Laura Forczyk seperti dikutip dari New Scientist, Minggu (31/5/2020).

Roket perdana SpaceX bernama Crew Dragon berisi dua astronot AS diluncurkan dari Florida, lokasi yang sama dengan peluncuran misi Apollo. PAUL MARTINEZ/GETTY IMAGES Roket perdana SpaceX bernama Crew Dragon berisi dua astronot AS diluncurkan dari Florida, lokasi yang sama dengan peluncuran misi Apollo.

Dua astronot yang turut serta dalam pesawat tersebut adalah Robert L Behnken dan Douglas O Hurley. Masing-masing dari mereka juga menikah dengan astronot. Robert L Benhken menikah dengan Megan McArthur, sementara Douglas O Hurley menikah dengan Karen Nyberg.

Hanya butuh waktu 19 jam untuk para astronot tiba di International Space Station (ISS). Sebelum tiba, mereka harus mengetes sistem penerbangan manual dari Crew Dragon.

Kedua astronot akan tinggal di ISS selama satu hingga empat bulan, bergabung dengan para astronot lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com