Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Pandemi Covid-19, Ganggu Akses Perempuan dapat Pembalut

Kompas.com - 29/05/2020, 18:03 WIB
Yohana Artha Uly,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pembatasan wilayah (lockdown) dan penerapan jarak sosial (physical distancing) akibat pandemi Covid-19 berdampak pada terganggunya manajemen kebersihan menstruasi (MKM) bagi perempuan secara global. Salah satunya, akses yang terbatas untuk mendapatkan produk pembalut.

Hal tersebut berdasarkan survei daring yang dilakukan Plan International pada pekerja di bidang sanitasi dan kesehatan reproduksi, serta anak-anak perempuan di 30 negara untuk menggali permasalahan yang muncul saat pandemi Covid-19.

Adapun 50 responden diantaranya berasal dari Indonesia.

Juru bicara untuk Plan Indonesia Silvia Devina menjelaskan, survei menunjukkan 81 persen responden khawatir tidak akan terpenuhi kebutuhannya jika menstruasi.

Lalu 78 persen responden khawatir pandemi Covid-19 akan membatasi kebebasan ruang gerak mereka.

Baca juga: Ahli China: Pasar Wuhan adalah Korban Virus Corona, Apa Maksudnya?

"Serta 75 persen mengatakan, bahwa pandemi Covid-19 bisa meningkatkan risiko kesehatan bagi perempuan yang menstruasi, karena sumber daya yang mereka butuhkan, seperti air, dialihkan untuk kebutuhan lain," jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (29/5/2020).

Repons tersebut tak lepas dari beberapa tantangan yang memang dihadapi oleh perempuan ketika menstruasi di masa pandemi, yakni terbatasnya akses ke produk karena kekurangan dan terganggunya rantai pasokan.

Selain itu, meningkatnya harga produk untuk kebutuhan menstruasi, kurangnya akses ke informasi tentang manajemen kebersihan menstruasi, serta kurangnya akses dan ketersediaan air bersih juga berpengaruh.

Tantangan ini juga yang dialami oleh perempuan Indonesia di tengah pandemi.

Padahal, praktik manajemen kebersihan menstruasi di Indonesia masih buruk karena dipengaruhi pengetahuan yang terbatas, khususnya pada remaja.

Hal ini berkaca pada hasil penelitian yang dilakukan Plan Indonesia dengan The SMERU Research Institute pada pelajar SD dan SMP di Provinsi DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tengara Barat (NTB) di tahun 2018.

Studi tersebut menunjukkan, pengetahuan siswa tentang kebersihan menstruasi masih buruk, dan siswa tidak memahami hubungan antara alat reproduksi dengan manajemen kesehatan menstruasi.

Ilustrasi pembalutshutterstock Ilustrasi pembalut

Masih ada perilaku buang pembalut bekas pakai di dalam tanah (dikubur), di tempat pembakaran, bahkan di sungai.

Murid perempuan yang sedang menstruasi juga hanya tiga kali mengganti pembalut dalam sehari.

Selain itu, 79 persen anak perempuan tidak pernah mengganti pembalut di sekolah, karena sekolah tidak memiliki toilet terpisah dan adanya rasa tidak nyaman dengan teman.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com