Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eijkman: Virus Corona di Indonesia Tidak Datang Langsung dari Wuhan

Kompas.com - 29/05/2020, 16:03 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Indonesia pertama kali mengumumkan kasus Covid-19 akibat virus corona jenis SARS-CoV-2 pada 2 Maret 2020.

Pada waktu itu, Indonesia adalah negara yang belakangan mengumumkan angka positif Covid-19 dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Virus SARS-CoV-2 pertama disebut masuk Indonesia lewat kasus impor. Hal itu dibenarkan oleh Direktur Eijkman Institute of Molecular Biology, Prof Amin Soebandrio.

“Awalnya Covid-19 di Indonesia ini memang kasus impor. Kemudian menyebar lewat transmisi lokal,” tuturnya dalam webinar bertajuk ‘Life Post Covid-19: What Does the New Normal Looks Like?’, Jumat (29/5/2020).

Baca juga: Update Corona Dunia 29 Mei: 5,9 Juta Orang Terinfeksi, 2,57 Juta Sembuh

Sebelum adanya kasus Covid-19 pertama, penerbangan dari dan ke Wuhan di China masih beroperasi. Namun, Amin menyebutkan virus SARS-CoV-2 di Indonesia tidak datang langsung dari Wuhan.

“Tidak datang langsung dari Wuhan. Virusnya ke Eropa dulu, kemudian Timur Tengah, baru kemudian masuk ke Indonesia,” tuturnya.

Ada tiga jalur virus SARS-CoV-2 masuk ke Indonesia. Pertama adalah lewat Eropa kemudian Timur Tengah seperti yang dijelaskan Amin sebelumnya.

Baca juga: Indonesia Menuju New Normal Corona, Ini Protokol Kesehatan Covid-19 yang Harus Dilakukan

“Kedua adalah virusnya terbang dulu ke AS, baru masuk Indonesia,” lanjut ia.

Sementara jalur ketiga adalah virus datang lewat Australia terlebih dahulu.

“Dari tiga kawasan ini virus SARS-CoV-2 masuk ke Indonesia,” tambahnya.

Penyakit dengan Banyak Wajah

Amin menggambarkan Covid-19 sebagai penyakit yang memiliki banyak wajah. Hal ini karena gejalanya semakin lama semakin bertambah, dan memiliki irisan yang cukup banyak dengan penyakit lainnya seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) atau bahkan penyakit salesma biasa.

“Apalagi kita belum memiliki antivirus spesifik untuk saat ini. Remdesivir, dan obat-obat lainnya juga tidak terbukti menjadi antivirus. Vaksin belum ada, kita harus menunggu 12-18 bulan lagi untuk vaksinnya,” tambah Amin.

Ilustrasi corona virus (Covid-19)shutterstock Ilustrasi corona virus (Covid-19)

Hal itu berarti virus SARS-CoV-2 akan hidup bersama masyarakat dunia, termasuk Indonesia, dalam jangka waktu yang lebih lama.

“Mungkin dua tahun, atau lebih lama, tidak ada yang tahu. Kita belum punya pengalaman soal ini. Kalau mau dibandingkan, smallpox dulu butuh 200 tahun untuk akhirnya manusia bisa mengontrol wabah, tepatnya ketika vaksin ditemukan pada 1796,” imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com