Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2020, 20:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Para ilmuwan tengah berupaya menemukan vaksin corona yang aman bagi manusia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, saat ini ada lebih dari 110 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan di seluruh dunia.

"Dan ada delapan kandidat yang sudah memasuki tahapan uji klinik," ungkap Indra Rudiansyah, kandidat doktor riset vaksin di Jenner Institute, Oxford University.

Dalam acara Webinar Zoom bertajuk 'Big Questions Forum 9, Menghadapi Covid-19: Kebijakan, Sains, Solidaritas Nasional dan Global' yang diselenggarakan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jumat (15/5/2020), Indra mengatakan, terdapat lima penelitian yang melakukan uji klinik fase I dan II secara bersamaan.

Baca juga: Butuh Waktu Lama, Bagaimana Cara Ilmuwan Menemukan Vaksin Corona?

"Maksudnya (uji klinik) fase I (dan) fase II, sebenarnya penelitian di fase I, tetapi beberapa parameter yang harus dilakukan di fase II seperti efikasi itu sudah dapat dilihat di fase I," ungkap Indra.

Efikasi vaksin yang dimaksud Indra adalah menguji bagaimana antibodi atau respons imun yang dihasilkan setelah seseorang diberi vaksin, apakah dapat memberikan proteksi pada tubuh.

Dikatakan Indra, uji klinik fase I dan II dapat dilakukan berbarengan karena peneliti menggunakan platform pembuatan virus yang sudah digunakan dalam penemuan vaksin sebelumnya.

"Selain itu, safety profil-nya itu sudah terlihat, bahwa platform vaksin itu aman. Sehingga dalam fase I dan II, (melibatkan) jumlah volunteer yang lebih besar dan efikasinya dapat dilihat," terang Indra.

Dalam kesempatan tersebut, pria yang terlibat dalam tim uji klinik untuk vaksin Covid-19 di Universitas Oxford ini pun membahas lebih dalam terkait perkembangan vaksin Covid-19 yang dikembangkan di Oxford.

Vaksin yang dibuat oleh ilmuwan Oxford didasarkan pada adenovirus simpanse yang dimodifikasi untuk menghasilkan protein di dalam sel manusia yang juga diproduksi oleh Covid-19. Vaksin ini dinamai ChAdOx1 nCoV-2019.

Diharapkan vaksin ini dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk kemudian mengenali protein dan membantu menghentikan virus corona baru memasuki sel manusia.

Vaksin adenovirus diketahui mengembangkan respons imun yang kuat dengan dosis tunggal dan bukan virus replikasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com