Genom yang dihasilkan pangolin-CoV-2020 memiliki kemiripan urutan genom 90,32 persen dengan SARS-CoV-2 dan 90,24 persen dengan virus corona yang ada di kelelawar tapal kuda (Rhinolophus affinis), BatCoV-RaTG13.
Virus corona yang ada di kelelawar tapal kuda itu relatif dekat dengan SARS-CoV-2, dengan kecocokan 96,18 persen.
Ini artinya, instruksi genetik untuk lonjakan protein dari virus SARS-CoV-2, lebih cocok antara virus corona yang dimiliki kelelawar dan manusia, dibanding pada trenggiling.
Namun, virus corona trenggiling pada dasarnya berbagi reseptor pengikat ACE2 yang sama dengan yang digunakan oleh virus Covid-19 - bagian dari lonjakan yang memungkinkan virus untuk masuk dan menginfeksi sel manusia.
Ini juga ditemukan dalam penelitian lain yang masih melakukan tinjauan, dan mengarah pada saran bahwa virus corona pada manusia mungkin merupakan jenis hibrida (chimera) antara kelelawar dan virus trenggiling.
Tim Liu juga berpendapat bahwa kemiripan-kemiripan ini mungkin mengindikasikan bahwa terjadi peristiwa rekombinasi di suatu tempat dalam evolusi virus-virus yang berbeda ini - di mana genom virus saling bertukar potongan materi genetik mereka satu sama lain.
Namun, analisis mereka tentang hubungan evolusi antara ketiga virus tidak mendukung gagasan bahwa virus corona versi manusia berevolusi langsung dari virus corona trenggiling.
"Pada tingkat genomik, SARS-CoV-2 juga secara genetik lebih dekat dengan Bat-CoV-RaTG13 daripada pangolin-CoV-2020," tulis tim Liu dalam makalah mereka yang terbit di jurnal PLOS Pathogens.