Para peneliti menyimpulkan puasa Ramadhan menyebabkan penurunan yang signifikan pada berat badan, massa lemak, dan massa bebas lemak.
Semakin besar body mass index (BMI) awal, maka semakin banyak jumlah berat yang hilang.
Selain itu, orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas kehilangan sejumlah besar massa lemak. Efek puasa Ramadhan ini tidak terlihat pada orang dengan berat badan normal.
Baca juga: Sains Diet: Jika Ingin Turunkan Berat Badan, Lebih Baik Sarapan Tidak?
Sebab, pengurangan berat badan dan massa lemak ini terjadi, walaupun tidak termasuk studi yang mana segala jenis arahan tidak dilakukan. Di antaranya seperti aktivitas fisik, rencana diet atau latihan gaya hidup.
Temuan dari penelitian diterbitkan dalam National Center for Biotechnology Information (NCBI) U.S. National Library of Medicine ini.
Penelitian ini menyiratkan bahwa dengan dukungan aktivitas fisik seperti olehraga, penerapan rencana diet yang benar selama periode puasa maupun pascapuasa dapat meningkatkan efek positifnya.
Baca juga: Ini Jumlah Konsumsi Air yang Harus Diminum Selama Puasa Ramadhan
Secara keseluruhan penelitian ini menunjukkan puasa Ramadhan mungkin menjadi titik awal yang cocok untuk epidemi obesitas global, termasuk di banyak negara yang mayoritas muslim.
Kendati demikian, penting untuk mengembangkan strategi lebih lanjut untuk mempertahankan efek menguntungkan dari puasa Ramadhan pada upaya penurunan berat badan, terutama setelah periode ini selesai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.