Hal ini sesuai dengan hasil kajian oleh peneliti BMKG dengan menggunakan data Joint Typhoon Warning Center (JTWC) terhadap kejadian Siklon Tropis di Samudera Hindia bagian Selatan.
Pada periode 1961-2016 terindikasi adanya tren yang signifikan secara statistik untuk peningkatan frekuensi badai tropis dengan kategori berbahaya.
Baca juga: Dampak Nyata Perubahan Iklim, Frekuensi Hujan Ekstrem di Jakarta Meningkat
Herizal menuturkan, berdasarkan analisis data BMKG sejak 1866, dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim telah terjadi pula di wilayah Indonesia.
Hal itu ditandai dengan adanya kenaikan suhu yang mencapai 2.12 derajat celcius dalam periode 100 tahun, serta meningkatnya frekuensi kejadian dan intensitas curah hujan ekstrem dalam 30 tahun terakhir.
Serta, semakin menghangatnya suhu muka air laut yang dapat memicu semakin menguatnya kejadian badai tropis di wilayah selatan Indonesia (Samudera Hindia) atau di wilayah utara Indonesia (Samudera Pasifik bagian barat).
Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, kata dia, merupakan indikasi dari proses perubahan iklim yang sedang terjadi dan perlu untuk lebih diantisipasi ataupun dimitigasi.
"Mengingat peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrem menimbulkan dampak makin parah dalam kehidupan manusia," ujar dia.
Baca juga: Badai Tropis Lingling Picu Potensi Gelombang Tinggi 6 Meter
Dampak kejadian ekstrem bisa berakibat makin seringnya terjadi bencana hidrometerologi seperti banjir, banjir bandang, longsor, kekeringan dan meningkatnya tingkat kemudahan lahan dan hutan untuk terbakar.
Namun fenomena suhu udara tinggi yang terjadi saat ini, tampaknya lebih dikontrol oleh pengaruh posisi gerak semu matahari dan mulai bertiupnya angin monsun kering dari benua Australia.
Sehingga, berdampak pada kurangnya tutupan awan di atas wilayah Indonesia, menjadikan sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa adanya penghalang awan, yang kemudian membuat suhu udara panas ini terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.