Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Kebetulan, Virus Corona Muncul Akibat Ulah Manusia

Kompas.com - 22/04/2020, 20:02 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.comVirus corona, termasuk SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19, ditularkan dari satwa ke manusia. Satwa liar memang menjadi sumber penyakit menular baru (Emerging Infectious Disease/ EID) terbanyak.

Publikasi ilmiah menyebutkan 60 persen EID berasal dari hewan dan 70 persen EID berasal dari satwa liar. Sebagai contoh, HIV diketahui berasal dari simpanse.

Hal itu diungkapkan oleh Matthew Burton selaku Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia.

“Virus corona adalah contoh lain dari patogen yang berasal dari hewan, dan bisa menular ke manusia. Sebagian besar virus tersebut menginfeksi hewan, tapi beberapa virus lain ditransmisikan pada manusia. Hal ini menyebabkan wabah penyakit seperti SARS atau MERS,” tutur Matthew dalam diskusi online yang dilakukan USAID dan KLHK bertajuk “Covid-19 and Our Relationship with Wildlife”, Rabu (22/4/2020).

Baca juga: Ilmuwan Temukan 6 Jenis Baru Virus Corona pada Kelelawar

Jumlah EID, lanjut Matthew, meningkat sebanyak empat kali lipat dalam kurun waktu 60 tahun terakhir. Sebagai contoh, wabah Ebola berkaitan dengan kebiasaan berburu atau pemanfaatan beberapa spesies kelelawar yang membawa virus. Deforestasi juga berkaitan dengan virus Ebola, karena kontak manusia yang semakin dekat dengan satwa liar.

Di hutan Amazon, deforestasi meningkatkan prevalensi penyakit malaria karena hutan gundul menjadi habitat ideal untuk nyamuk. 

“Bukanlah kebetulan kalau kerusakan ekosistem berkaitan dengan peningkatan yang signifikan terhadap jumlah penyakit menular. Ekosistem yang utuh memberikan perlindungan terhadap manusia. Penyakit menular baru seringkali disebabkan oleh kerusakan ekosistem alam dan perubahan aktivitas manusia,” paparnya.

Ibu dan anak orangutan korban kebakaran hutan dan lahan di Ketapang dilepasliarkan.dok IAR Indonesia Ibu dan anak orangutan korban kebakaran hutan dan lahan di Ketapang dilepasliarkan.

Dr drh Joko Pamungkas, Pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan Peneliti PSSP-IPB, menyebutkan ada beberapa hal yang menjadi pemicu penularan penyakit dari satwa liar ke manusia.

“Antara lain deforestasi, perubahan industri pertanian, degradasi habitat, dan fragmentasi habitat. Semuanya mendekatkan satwa liar pada manusia. Ini berkaitan dengan naluri mereka untuk bertahan sehingga menginvasi lingkungan lain dan pemukiman,” papar Joko dalam kesempatan yang sama.

Baca juga: Kebakaran Hutan Amazon Akibat Deforestasi, Ini Efeknya secara Global

Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam jurnal Nature dari pemantauan selama 50 tahun (1950-2000), terdapat tiga kelompok satwa yang menularkan paling banyak penyakit pada manusia.

Tiga kelompok tersebut adalah kelelawar, hewan pengerat (tikus), dan primata.

Joko menyebutkan salah satu fokus permasalahan di Indonesia ada pada konsumsi satwa liar, seperti yang dilakukan di Sulawesi Utara.

“Mengonsumsi kelelawar, tikus, bahkan mengonsumsi macaca nigra (monyet hitam Sulawesi). Nilai ekonomis macaca nigra tidak mahal, sekitar Rp 50-60 ribu per kilogram. Ironis sekali, karena tidak sejalan dengan nilai konservasinya yang sangat tinggi,” papar ia.

Ketidakseimbangan ekosistem dan ulah manusia

Ir Wiratno M.Sc selaku Dirjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa pandemi bisa terjadi akibat keseimbangan ekosistem.

“Ketidakseimbangan ekosistem menyebabkan terputusnya siklus makanan tanpa pemangsa,” tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com