Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Orang Yunani dan Romawi Kuno Menderita Demensia?

KOMPAS.com - Apakah demensia-penyakit yang berkaitan dengan kehilangan ingatan juga diderita orang lanjut usia pada zaman dahulu?

Itu merupakan pertanyaan yang menarik mengingat kasus demensia di zaman modern yang makin meningkat.

Untungnya, sebuah penelitian baru memiliki beberapa jawaban atas pertanyaan itu.

Sebelumnya, Anda mungkin berpikir demensia yang berkaitan dengan usia telah ada sejak zaman kuno.

Namun analisis baru terhadap teks kedokteran klasik Yunani dan Romawi menunjukkan bahwa kehilangan ingatan yang parah sangat jarang terjadi pada masa Arsitoteles sekitar 2000 hingga 2500 tahun yang lalu.

Penelitian yang dipimpin oleh University of Southern California (USC) itu pun memperkuat gagasan bahwa demensia, jenis Alzheimer yang paling umum terkait dengan lingkungan dan gaya hidup modern yang sebagian besar penyebabnya adalah perilaku menetap dan paparan polusi udara.

"Kami menemukan gangguan kognitif ringan pada orang Yunani kuno tetapi sangat sedikit," kata Caleb Finch, peneliti dari USC Leonard Davis School of Gerontology.

"Saat kami melakukan penelitian di Roma, kami menemukan setidaknya empat pertanyaan yang menunjukkan kasus demensia stadium lanjut yang jarang terjadi," tambahnya.

Analisis teks kuno

Mengutip Ancient Origins, Jumat (2/2/2024) orang-orang Yunani kuno menyadari bahwa penuaan umumnya menyebabkan masalah ingatan yang kita kenal sebagai gangguan kognitif ringan.

Namun hasil studi menemukan bahwa tidak ada yang hingga mendekati kehilangan ingatan, kemampuan bicara dan penalaran seperti yang disebabkan oleh Alzeimer dan jenis demensia lainnya.

Hasil tersebut didapat oleh peneliti setelah mempelajari sebagian besar tulisan medis kuno karya Hippocrates dan para pengikutnya.

Teks tersebut memuat daftar penyakit yang dialami orang lanjut usia, seperti tuli, pusing, dan gangguan pencernaan, namun tidak menyebutkan kehilangan ingatan.

Berabad-abad kemudian di Roma kuno, beberapa penyebutan mengenai hilang ingatan pun muncul.

Catatan menyebut pada usia 80 tahun, beberapa lansia mulai mengalami kesulitan mempelajari hal-hal baru bahkan lupa namanya sendiri.

Peneliti berspekulasi bahwa seiring dengan makin padatnya kota-kota Romawi, polusi pun meningkat, sehingga meningkatkan kasus penurunan kognitif.

Selain itu, bangsawan Romawi menggunakan wadah masak berbahan timbal, pipa air berbahan timbal, dan bahkan menambahkan timbal asetat ke dalam anggur mereka untuk mempermanisnya.

Tanpa disadari mereka meracuni diri mereka sendiri dengan racun saraf yang kuat.

“Kemungkinan munculnya penyakit Alzheimer dan demensia tingkat lanjut di era Romawi mungkin terkait dengan faktor lingkungan berupa polusi udara dan peningkatan paparan timbal,” tulis peneliti.

Kasus yang makin umum

Melansir IFL Science, saat ini, demensia terjadi pada tingkat epidemi dan menjadi semakin umum.

Diperkirakan 55 juta orang di seluruh dunia hidup dengan demensia pada tahun 2020 dan angka tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun dengan perkiraan total sebanyak 139 juta pada tahun 2050.

Temuan ini pun bisa memberikan beberapa wawasan, mengisyaratkan bahwa gaya hidup dan lingkungan modern kita dengan perilaku kurang gerak dan paparan polusi udara menjadi pemicu meningkatnya demensia. Sama seperti pada zaman Romawi.

Studi dipublikasikan di Journal of Alzheimer’s Disease.

https://www.kompas.com/sains/read/2024/02/05/163500023/apakah-orang-yunani-dan-romawi-kuno-menderita-demensia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke