Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Galaksi Bimasakti Terbentuk?

KOMPAS.com - Asal muasal Galaksi Bimasakti masih diselimuti misteri. Namun, para astronom percaya bahwa galaksi ini terbentuk lebih dari 13 miliar tahun yang lalu, dan ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan ukurannya saat ini.

Lantan, bagaimana cara Galaksi bisa berkembang menjadi begitu besar hingga mencapai ukurannya saat ini?

"Bayi" Bimasakti

Para astronom tidak yakin secara pasti bagaimana galaksi pertama terbentuk, karena usia awal alam semesta sangat sulit untuk diamati. Meskipun demikian, para ilmuwan memiliki beberapa petunjuk.

Bimasakti mungkin memulai kehidupan seperti galaksi lainnya, yakni sebagai gumpalan kecil materi yang memiliki kepadatan sedikit lebih besar daripada rata-rata kosmik.

Gumpalan tersebut hampir seluruhnya terbuat dari materi gelap, suatu bentuk materi yang tidak berinteraksi dengan cahaya.

Karena gumpalan kecil ini memiliki kepadatan sedikit lebih tinggi dari rata-rata, maka tarikan gravitasinya juga lebih kuat dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya.

Tarikan yang lebih besar ini memungkinkan galaksi awal menarik lebih banyak materi gelap ke dalam gumpalannya, yang memberinya gravitasi lebih besar lagi, yang menarik lebih banyak materi gelap, dan seterusnya.

Namun, bayi Bimasakti tidak sendirian. Ia dikelilingi oleh beberapa gumpalan materi gelap di dekatnya.

Akhirnya, gumpalan materi gelap pertama tersebut berkembang cukup besar untuk menarik materi normal, yang kemudian terkumpul menjadi kantong padat dan membentuk bintang-bintang awal.

Gumpalan tersebut hingga saat ini masih berada di dalam dan di sekitar Bimasakti dan dikenal sebagai gugus bola.

Gumpalan itu berisi bintang-bintang tertua di galaksi, beberapa di antaranya berusia hampir 13 miliar tahun.

"Remaja" Bimasakti

Gumpalan awal materi gelap, beserta kumpulan bintang-bintangnya, akhirnya bergabung membentuk proto-Bima Sakti sekitar 12 miliar tahun yang lalu.

Setelah penggabungan tersebut terjadi, Bimasakti muncul sebagai entitas yang berbeda di kosmos, yang terpisah dari lingkungan sekitarnya.

Gravitasinya yang sangat besar menarik lebih banyak materi gelap dan gas sehingga menyebabkannya berkembang pesat.

Seiring pertumbuhan Bimasakti, sebagian besar gas berkumpul di tengahnya. Ketika gas tersebut runtuh, ia membentuk piringan tipis yang berputar dengan cepat.

Piringan ini mulai menghasilkan bintang. Setelah beberapa miliar tahun, Bimasakti mengalami periode pembentukan bintang secara cepat, yang belum pernah terlampaui di galaksi.

Namun, ini belum berakhir. Dengan menggunakan pengamatan dari satelit Gaia, para astronom telah mengidentifikasi lebih dari selusin kumpulan bintang di Bimasakti yang tampak sedikit berbeda dengan tetangganya.

Koleksi bintang ini menampilkan bintang-bintang dengan usia, komposisi elemen, dan kecepatan yang serupa.

Para astronom percaya bahwa gumpalan ini mewakili sisa-sisa galaksi kecil yang jatuh ke dalam Bimasakti miliaran tahun lalu.

Galaksi Bimasakti saat ini

Bimasakti belum meninggalkan cara kanibalnya karena saat ini, Bimasakti masih mengobrak-abrik satelit terdekatnya, yakni Awan Magellan Besar dan Kecil.

Menariknya, Bimasakti belum pernah mengalami penggabungan dengan galaksi bermassa serupa sepanjang 13 miliar tahun sejarahnya.

Penggabungan ini merupakan bencana besar karena merupakan tabrakan yang memicu pembentukan begitu banyak bintang secara cepat sehingga tidak ada cukup gas yang tersisa untuk membentuk generasi baru.

Setelah penggabungan besar-besaran, galaksi cenderung menjadi "merah dan mati", artinya galaksi hanya berisi bintang-bintang kecil, redup, dan berwarna merah.

Namun, menurut NASA, Bimasakti berada pada jalur tabrakan dengan tetangga terdekatnya, galaksi Andromeda.

Dalam waktu sekitar 4 miliar tahun, kedua galaksi akan mulai bertabrakan, dan Bimasakti yang kita kenal akan lenyap.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/10/27/180000423/bagaimana-galaksi-bimasakti-terbentuk-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke