Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Manuskrip Ulama-ulama Jawa Timur di Arab Saudi, Begini Penjelasan Gubernur Jatim

MALANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa sudah tiga tahun berjalan sedang melakukan penyisiran manuskrip karya ulama-ulama Indonesia yang berada di luar negeri.

Dia mengaku betapa terkejutnya mengetahui salah satu karya seperti dari Kyai Mahfud Termas, Pacitan berada di Riyadh, Arab Saudi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Khofifah dalam kegiatan East Java Tourism Award 2022 pada Sabtu (10/12/2022) malam di salah satu hotel, Kota Batu.

Dia mengatakan karya-karya dari para ulama asal Indonesia seringkali dijadikan bahan referensi studi oleh negara-negara di timur tengah.

"Bahkan ada yang menjadi buku panduan untuk program S3 di salah satu perguruan tinggi negeri di Riyadh. Satu kitab 7 jilid dan beliau mengarang dua kitab masing-masing 7 jilid, tebal-tebal dan itu ternyata adalah karya Kyai Mahfudz Termas, Pacitan itu menuliskan dua karya, masing-masing 7 jilid," kata Khofifah.

Manuskrip dari karya-karya para ulama asal Indonesia itu juga dipamerkan dalam seminar dengan tema peradaban dan peradaban dunia di Riyadh pada 27 November 2022 lalu.

Menurutnya, karya-karya para ulama asal Indonesia memberikan referensi Islam moderat, referensi Islam penuh damai dan referensi Islam penuh toleransi.

Khofifah juga bercerita, dirinya bertemu dengan peneliti asal Arab Saudi ketika berada di Riyadh. Dia menerima informasi bahwa ada 30 karya manuskrip dari Syekh Nawawi al-Bantani asal Banten di tempat arsip nasional Arab Saudi.

"Itu ada 30 karya Syekh Nawawi al-Bantani yang sekarang ada di dalam kearsipan aldara. Aldara adalah Anri-nya Saudi Arabia arsip nasionalnya mereka. Dari 30 itu baru 6 yang dicetak, berarti masih ada 24 kitab yang belum dicetak, arsip itu semua ada disana, jadi betapa kita sekarang harus hunting banyak sejarah," katanya.

Selain itu, terdapat manuskrip dari karya Syekh Kholil al-Bangkalani yang juga berada di luar negeri.

Khofifah juga menyampaikan bahwa untuk mencari manuskrip karya para ulama asal Indonesia selain bisa ke Leiden, Belanda juga berada di London, Inggris.

"Banyak kitab-kitab yang kemudian saya dapat informasi dari researcher aldara kitabnya Syekh Kholil Bangkalan itu ada 32, baru dua yang dicetak, dan beliau menyampaikan kitab-kitab karya ulama Indonesia termasuk Jawa Timur di dalamnya sekarang ini kalau mau menggali lagi kita tidak sekedar harus ke Leiden, tapi juga di museum di London," ungkapnya.

Dari cerita tersebut, Khofifah ingin menekankan betapa pentingnya Warisan Budaya Tak Benda seperti didaftarkan sebagai HAKI dan ke Kemendikbud Ristek.

Hal itu bertujuan supaya generasi bangsa Indonesia selanjutnya dapat tetap mengenali kekayaan warisan budaya yang ada.

"Kalau kita tidak mendaftarkan ke HAKI, kemudian Kemendikbud Ristek maka tidak menutup kemungkinan seperti kita harus memperjuangkan kembali batik dan tempe yang pernah diklaim oleh negara lain, jangan sampai kemudian kita baru akan mencari napak tilas bahwa kita pernah memiliki berbagai warisan budaya kita dan itu kemudian kita ketemunya di Leiden dan itu kemudian kita ketemunya di museum dan di arsip-arsip banyak negara lain," ungkapnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/12/12/160200423/manuskrip-ulama-ulama-jawa-timur-di-arab-saudi-begini-penjelasan-gubernur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke