Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Penyebab Pruritus pada Lansia yang Tak Boleh Diabaikan

Kondisi kulit kering ini, kerap membuat tekstur kulit menjadi kasar dan pecah-pecah, sehingga mempermudah bakteri masuk ke dalam tubuh.

Kulit kering juga bisa berujung Pruritus. Jika gatal Pruritus berlanjut lebih dari 6 minggu, maka berpotensi menjadi penyakit kronis lainnya.

Pruritus adalah istilah medis untuk rasa gatal yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Kulit gatal ini sering kali disebabkan oleh kulit kering.

Pruritus bisa mengganggu kualitas hidup seseorang, seperti mengganggu tidur dan menyebabkan kecemasan hingga depresi.

Penyebab pruritus

Kondisi dermatologis xerosis atau kulit kering adalah penyebab paling umum dari pruritus pada populasi geriatric (lansia). Namun, ada beberapa kondisi lain yang bisa jadi penyebab pruritus. Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Penyebab dermatologis

a. Xerosis (kulit kering)

Hilangnya kelembaban yang berlebihan dari epidermis dapat menyebabkan lesi xerotik (kulit kering), yang dapat retak dan pecah.

Hal ini dapat menyebabkan pruritus dan perdarahan, bahkan sangat mungkin menyebabkan infeksi.

b. Cuaca ekstrem

Penyebab lain dari kulit kering termasuk cuaca ekstrem, seperti udara dingin atau kelembaban rendah, dan paparan air yang berlebihan, terutama di iklim yang lebih dingin.

Paparan sinar matahari yang berlebihan juga dapat menyebabkan berbagai iritasi kulit, termasuk terbakar sinar matahari, atau dapat memperburuk lesi kulit kering.

c. Skabies

Masalah lain adalah skabies, yaitu gangguan kulit yang sangat gatal, umumnya terjadi pada lansia, terutama mereka yang dirawat jangka panjang di fasilitas perawatan.

Skabies disebabkan oleh infeksi akibat tungau spesifik Sarcoptes scabiei var hominis. Infeksi ini bisa sangat menular.

d. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik atau eksim, adalah kondisi kulit inflamasi berulang yang sering dikaitkan dengan gangguan alergi, seperti asma dan rinitis alergi.

Paparan alergen memicu pelepasan histamin, yang dapat menyebabkan pruritus.

e. Dermatitis kontak

Pruritus juga berhubungan dengan dermatitis kontak. Deterjen yang digunakan, serta bahan yang digunakan dalam pembuatan pakaian bisa jadi penyebabnya.

f. Infeksi

Infeksi misalnya tinea, kandidiasis, dan virus herpes adalah penyebab penting lain dari pruritus. Pasien dengan infeksi virus tertentu, seperti campak atau rubella, biasanya mengalami rasa gatal yang hebat.

Infeksi bakteri juga dapat menyebabkan pruritus; ini biasanya terjadi setelah kulit digaruk terlalu keras hingga merusak kulit, yang memungkinkan bakteri untuk masuk.

2. Penyebab Neuropatik dan Neurogenik

Kerusakan pada serabut saraf atau otak dapat menyebabkan bentuk pruritus tertentu yang dikenal sebagai “gatal tanpa ruam.”

Jenis gatal neuropatik ini, dapat disebabkan oleh berbagai gangguan terkait saraf, multiple sclerosis dan tumor otak.

Sedangkan stroke dan kerusakan pada sistem saraf pusat (SSP) dapat menyebabkan pruritus neurogenik.

Dalam kasus ini, sensasi gatal yang hebat timbul dari lesi di talamus atau lobus parietal tanpa iritasi kulit yang terlokalisir.

3. Penyebab Psikiatri

Pruritus dapat terjadi akibat sejumlah gangguan kejiwaan. Dalam satu penelitian, 70% pasien dengan pruritus kronis memiliki setidaknya satu dari enam diagnosis psikiatri, termasuk demensia, skizofrenia, gangguan depresi primer, gangguan kepribadian, dan gangguan perilaku.

4. Penyebab penyakit sistemik

Selain tiga penyebab di atas, pruritus juga erat kaitannya dengan penyakit sistemik.

a. Penyakit hati

Pasien dengan penyakit hati sering mengalami pruritus. Gatal merupakan gejala yang muncul pada 25% pasien dengan ikterus akibat obstruksi bilier atau penyebab lain, seperti sirosis, kanker pankreas, atau hepatitis.

b. Gagal ginjal

Pruritus juga terjadi pada hingga 90% pasien dengan gagal ginjal atau uremia yang menerima perawatan dialisis. Penyebab paling umum adalah xerosis sekunder akibat dialisis, yang memeengaruhi keseimbangan kalsium, magnesium, dan fosfor.

c. Diabetes mellitus

Sementara pada diabetes mellitus, adanya pruritus menjadi salah satu dari empat tanda diagnostik diabetes mellitus (yaitu, poliuria, polidipsia, polifagia, dan pruritus), meskipun penelitian awal menemukan bahwa gatal hanya muncul pada 7% pasien diabetes.

Penyebab pruritus atau gatal yang dialami oleh pasien diabetes tidak jelas, tetapi kemungkinan terkait dengan kondisi sekunder, seperti xerosis atau infeksi.

d. Penyakit tiroid

Beberapa studi kasus telah mengidentifikasi pruritus umum sebagai gejala penyakit tiroid. Pada pasien penyakit tiroid, penyebab paling umum dari pruritus adalah adanya antibodi antitiroid.

Pruritus pada pasien dengan hipertiroidisme dapat disebabkan oleh kulit yang hangat dan lembab yang menyertai gangguan ini, meskipun penyebab pastinya belum diketahui.

Sementara, pada pasien dengan hipotiroidisme, pruritus biasanya akibat xerosis. Efek pengobatan kondisi yang mendasari biasanya menghasilkan gejala pruritus pada pasien dengan penyakit tiroid.

e. Gangguan hematologi

Gangguan hematologi juga dapat menyebabkan pruritus, misalnya, timbulnya penyakit Hodgkin sering didahului oleh rasa gatal yang hebat dan membakar.

Selain itu, pruritus menyeluruh terjadi pada 25% sampai 50% pasien dengan polisitemia vera, yakni penyakit sumsum tulang yang berhubungan dengan peningkatan abnormal dalam jumlah sel darah.

Meski pruritus tampak seperti masalah gatal pada umumnya, sebaiknya tidak mengabaikannya.

Penting bagi lansia yang mengalami pruritus untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit, untuk mendapatkan diagnosis dan tatalaksana yang tepat, sehingga tidak mengganggu kualitas hidup dan memicu penyakit lainnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/11/07/205625723/4-penyebab-pruritus-pada-lansia-yang-tak-boleh-diabaikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke