Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kapan Tubuh yang Alami Cedera Olahraga Memerlukan Tindakan Operasi?

KOMPAS.com - Tubuh yang mengalami cedera akibat olahraga atau latihan fisik, memiliki tingkatan atau grade, dari mulai grade 1 sampai 3.

Pada kasus cedera berat yang menyebabkan terjadinya robekan pada tendon, ligamen, dan tulang rawan, hingga robekan rotator cuff, pemeriksaan penunjang dengan modalitas pencitraan MRI perlu dilakukan.

Dengan demikian, bisa didapatkan gambaran jaringan lunak dalam tubuh dengan lebih jelas. Jika didapati adanya kerusakan yang membutuhkan tindakan pembedahan, tindakan operasi minimal invasive dapat dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk menangani bagian yang mengalami cedera.

Menurut Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Konsultan Sports Injury & Arthroskopi, Sport Medicine, Injury and Recovery Center Rumah Sakit Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K-Sport), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan minimal invasive.

SMIRC merupakan layanan di RS Pondok Indah yang bertujuan untuk menangani pemulihan cedera olahraga secara efektif dan pendampingan olahraga, khusus bagi pasien dengan kondisi medis tertentu.

Dengan demikian, pasien dapat kembali berolahraga dan pulih dari cedera dengan lebih cepat.

Andi mengungkapkan bahwa indikasi tindakan biasanya digunakan setelah pasien merasakan ada nyeri, bengkak, kaku sendi pada bagian tubuh yang mengalami cedera, kemudian diperiksa dengan MRI.

"Kita diskusikan dulu apakah kita perlu operasi, kalau grade-nya tinggi biasanya saya sarankan operasi, kalau grade-nya rendah saya sarankan kepada dokter Andi Kurniawan atau dokter Grace," ujarnya dalam peluncuran Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) dengan tagline ‘We take you back to sport, faster!’ yang digelar di RS Pondok Indah, Selasa (16/8/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Rumah Sakit Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr Grace Joselini Corlesa, Sp.KO, MMRS, membeberkan sejumlah tanda bahaya cedera, di antaranya:

"Kalau misalnya udah enggak nyaman apalagi saat jatuh, kemudian ada bunyi krek mendingan segera ke dokter biar kita periksa lebih lanjut lagi," ucap Grace.

Minimal invasive pada cedera

Dijelaskan oleh Andi, tindakan minimal invasive memberikan banyak manfaat bagi pasien dengan kasus cedera olahraga berat.

Selain itu, durasi operasi pada tindakan ini relatif lebih singkat, luka sayatan lebih kecil sehingga meminimalisir kemungkinan rusaknya otot di area sekitar tindakan, dan waktu pemulihan lebih cepat sehingga pasien dapat segera melanjutkan proses terapi pemulihan selanjutnya dengan lebih nyaman.

"Setelah dilakukan operasi, sayatannya dijahit lukanya kecil, kemudian kompres es untuk mempercepat pemulihan, masa rawat inap (sekitar) 1-2 hari bahkan kalau tidak ada yang khusus besoknya bisa pulang," kata Andi.

Dia menekankan, operasi minimal invasive memberikan dampak 50 persen pada pemulihan pasien dengan cedera.

Sedangkan, 50 persen sisanya bergantung pada latihan. Oleh karena itu, komitmen pasien untuk bisa terus mengikuti latihan pemulihan cedera setelah operasi diperlukan guna mempercepat dia kembali lagi ke kondisi normal.

Faktor yang memengaruhi pemulihan cedera

Dr Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Sport Medicine, Injury & Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, menyebut faktor yang memengaruhi proses pemulihan cedera sangat banyak.

Faktor yang mempengaruhi pemulihan cedera olahraga itu, kata dia, ada yang bisa diubah dan tidak bisa diubah.

"Kalau tidak bisa kita ubah misalnya cedera ACL (anterior cruciate ligament). Ada beberapa faktor yang bisa kita manage, bagaimana dia ditangani dengan tepat dan cepat bahwa kalau nanti harus operasi kita enggak nunggu lama untuk dioperasi," tuturnya.

Kedua, bagaimana penanganan diagnosis yang tepat pada pasien sehingga bisa mempercepat masa pemulihan.

Ketiga, fasilitas dan teknologi. Keempat compliance atau kepatuhan dari pasien.

Artinya meskipun fasilitas lengkap dokter berkompeten tapi pasien malas untuk melakukan latihan untuk pemulihan maka bisa berpengaruh pada kondisi pasca operasi itu sendiri.

"Buat kami, kita (dokter) sebagai seorang motivator ketika dia cedera kita harus membangkitkan semangatnya dia bahwa dia pasti akan kembali bermain lagi dan dia pasti bisa kembali normalnya lagi. Itu yang menjadi tujuan utama kita," terang Antonius.

Ketika ditanya berapa lama masa pemulihan cedera olahraga, dia menjawab itu tergantung pada cedera.

Misalnya pada cedera berat, grade 3 seperti ACL harus operasi dengan masa pemulihan setidaknya delapan bulan. Sedangkan, cedera grade 1 hanya membutuhkan proses pemulihan sekitar 2 pekan.

"Tetapi yang paling penting juga adalah manajemen ketika dia masa akut di mana ketika bengkaknya cepet berkurang, nyerinya cepet hilang itu kita akan bisa naik ke stage selanjutnya di mana kita akan mengembalikan (fungsi) sendinya, kekuatan ototnya, sehingga bisa melatih dia untuk ke sport specific training lagi," jelas Antonius. 

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/18/130200723/kapan-tubuh-yang-alami-cedera-olahraga-memerlukan-tindakan-operasi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke