Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tomcat Betina Disebut Paling Beracun dari Jantan, Sains Jelaskan

KOMPAS.com - Wabah tomcat pernah beberapa kali terjadi di Indonesia. Serangga yang juga disebut kumbang rove ini, memang dikenal memiliki racun (pederin) dan bila terpapar bisa menyebabkan gatal di kulit hingga iritasi.

Menariknya, tomcat betina disebut beracun dari pejantan. Mengutip laman ipb.ac.id, Sabtu (26/3/2012) menurut hasil penelitian yang dilakukan Department of Bioorganic Chemistry, Max Planck Institute for Chemical Ecology di Jerman, pederin dihasilkan oleh bakteri endosimbion.

Endosimbion inilah yang lebih banyak ditemukan pada serangga tomcat betina dibandingkan jantan.

Tak hanya itu, kondisi tersebut dapat diturunkan ke generasi berikutnya melalui telur (transovarial).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pederin dapat menghambat sintesis DNA dan bersifat antitumor. Untuk diketahui, pederin adalah zat racun untuk pertahanan tomcat dari serangan predator seperti laba-laba dan lain sebagainya.

Guna membedakan antara tomcat jantan dan betina, dapat dilihat dari ukurannya. Umumnya ukuran tomcat jantan lebih kecil dibandingkan para betina.

Ciri khas dari tomcat ialah warna kepala hitam, toraks (dada) dan sebagian abdomen (perut) berwarna merah, sedangkan ujung abdomen berwarna hitam dan meruncing.

Ciri-ciri tomcat lainnya ialah memiliki sayap depan disebut elitra yang pendek, dan hanya menutupi sebagian abdomen.

Serangga dewasa dapat terbang dengan baik, dan pada saat tidak terbang sayap belakang terlipat di bawah sayap depan.

Efek terkena racun tomcat

Kendati sebagian besar orang menyebut telah digigit tomcat, faktanya serangga ini sebenarnya tidak menggigit.

Bila ia tak sengaja tergencet, maka cairan tubuh yang mengandung racun tersebut akan menyebabkan iritasi yang sangat parah atau disebut Paederus dermatitis bila terkena kulit.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di Dermatology Online Journal menunjukkan, pasien yang diobati dengan antibiotik oral yang dikombinasikan dengan steroid topikal, dan anthistamin oral merespons lebih baik dibandingkan dengan pengobatan tanpa antibiotik.

Itu mengartikan, bahwa pada luka iritasi tersebut terdapat bakteri. Luka iritasi biasanya akan sembuh dalam 5 sampai 10 hari.

Adapun serangga ini bisa ditemukan di berbagai tempat di persawahan, yang ada di seluruh Indonesia.

Menurut para pakar Institut Pertanian Bogor (IPB), yang perlu diwaspadai adalah pada saat panen tiba, sangat mungkin tomcat akan mencari habitat dan tertarik dengan cahaya lampu di sekitar rumah penduduk dekat persawahan.

Pengendalian tomcat

Sebagai cara menghindari kedatangan serangga tomcat ke pemukiman, salah satunya mengurangi pencahayaan di rumah pada malam hari.

Selain itu, dapat pula dipasang perangkap lampu yang telah diletakkan jauh di luar rumah sehingga serangga ini akan tertarik ke lampu tersebut.

Apabila terkena racun tomcat, maka bagian yang terkena segera dicuci dengan air dan dibasuh dengan sabun sesegera mungkin. Ini dapat membantu mengurangi risiko iritasi yang parah pada kulit.

Kemudian, jika tomcat banyak ditemui di sekitar rumah Anda, lindungi bagian tubuh misalnya menggunakan baju lengan panjang maupun memakai kelambu saat tidur.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/18/110500323/tomcat-betina-disebut-paling-beracun-dari-jantan-sains-jelaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke