Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Mata Sahara, Fenomena Pusaran Raksasa di Barat Laut Afrika?

KOMPAS.com- Gurun Sahara menjadi salah satu tempat wisata yang paling banyak diminati masyarakat dunia. Namun, di tempat ini ada satu fenomena menarik yang masih menyimpan misteri yaitu Eye of The Sahara atau Mata Sahara.

Mata Sahara atau dikenal juga sebagai Struktur Richat (Qalb ar-Risyat), terletak di Dataran Tinggi Adrar, Mauritania, di bagian barat laut benua Afrika.

Apa itu Mata Sahara?

Mata Sahara adalah sebuah struktur geologis untuk berbentuk melingkar dengan diameter 40 kilometer, yang disebut seperti kubah.

Berikut beberapa fakta terkait Mata Sahara di Barat Laut Afrika:

1. Sudah terbentuk sejak 98 juta tahun lalu

Fenomena Mata Sahara dengan struktur melingkar berdiameter 40 km ini diduga terbentuk sejak 98 juta tahun lalu berdasarkan penanggalan Argon.

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang mengatakan bahwa, penanggalan Argon merupakan salah satu penanggalan geologis yang berdasarkan peluruhan kadar Argon di dalam batuan.

Hal ini artinya, misteri Mata Sahara sudah muncul sejak periode Kapur (cretaceous) akhir, ketika benua besar Pangea terpisah menjadi benua yang ada seperti saat ini, kecuali India yang belum menyatu dengan Asia dan Australia yang masih menyatu dengan Antartika.

2. Mata Sahara pertama kali ditemukan

Mata Sahara pertama kali diabadikan dari luar angkasa melalui wahan Apollo 9 pada 10 Maret 1969 atau 52 tahun silam.

Namun, diakui oleh para ilmuwan bahwa keindahannya tetap memukau mata hingga saat ini, termasuk juga bagi para angkasawan yang berkesempatan menyaksikannya dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

3. Mata Sahara diiduga terbentuk akibat tabrakan asteroid

Fenomena Mata Sahara ini juga sempat disebut-sebut terbentuk dari hasil jatuhnya asteorid ke permukaan bumi.

Namun, dengan keunikan yang luar biasa itu membuat para ilmuwan tertarik mencari tahu lebih lanjut hingga ditemukan beberapa teori terkait terbentuknya Mata Sahara ini.

Misteri fenomena Mata Sahara ini, menurut Andi, struktur melingkar seperti ini lazim disebut “kubah” karena terdiri dari lipatan sedimen magma yang menyembul naik ke permukaan Bumi. Lipatan itu disebut juga sebagai “antiklin”.

“Antiklin pada Mata Sahara ini sangat simetris dan terkikis membentuk lingkaran sempurna, sehingga struktur ini sempat diduga merupakan bekas tabrakan meteorit,” jelas Andi dikutip Kompas.com dari laman resmi Edukasi Sains Antariksa BRIN, edisi 12 April 2021.

Berdasarkan hasil penelitian Guillaume Matton di tahun 2005 dan 2008 mengonfirmasi kesimpulan pada penelitian terdahulu bahwa selama dekade 1950-an hingga 1960-an, struktur Mata Sahara ini bukan merupakan bekas tabrakan meteorit.

Penelitian ini juga menunjukkan, Mata Sahara tidak terbentuk dari deformasi atau perubahan bentuk muka Bumi yang berasal dari benda luar bumi yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, dan menabrak permukaan Bumi.

4. Mengandung mineral barit (barium sulfat)

Andi menjelaskan, pada dasarnya ada ciri khas atau indikator terjadinya tabrakan meteorit ke permukaan Bumi, yaitu adanya mineral koesit (silisium oksida).

Pada lokasi di mana Mata Sahara ini berada awalnya dilaporkan adanya sampel kandungan mineral koesit pada batuan dari Mata Sahara ini.

Akan tetapi, ternyata dalam penelitian lebih lanjut sampel batuan tersebut mengandung mineral barit (barium sulfat) yang disalahidentifikasi sebagai koesit.

5. Kubah Mata Sahara sudah lenyap

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Mata Sahara memiliki struktur melingkar berdiameter 40 km yang disebut kubah, yang sayangnya saat ini sudah lenyap.

“Kubah pada Mata Sahara saat ini sudah lenyap akibat terkikis oleh angin dan air, proses ini disebut juga sebagai alterasi hidrotermal, sehingga hanya menyisakan lapisan batuan yang rata,” jelasnya.

Ketika era Pleistosen hingga pertengahan Holosen yakni sekitar 15000 hingga 8000 tahun lalu, lipatan pada lapisan ini membentuk kedalaman antara 3-4 meter sebelum akhirnya terkikis.

Bagian tengah Mata Sahara merupakan lapisan tertua dikarenakan magma telah naik lebih dahulu kemudian mengeras. Sedangkan, semakin ke tepi, lapisan tersebut semakin berumur muda.

6. Tidak ada kaitannya dengan Atlantis

Tempat yang mendapatkan julukan mata Afrika ini juga pernah disebut-sebut sebagai lokasi Atlantis yang telah hilang.

Seperti yang kita ketahui, Atlantis adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Kritias. Atlantis diceritakan sebagai kota yang berkilauan dengan lampu dari orichalcum, logam mulia.

Namun, selama ini belum ada bukti-bukti yang kuat untuk mengungkapkan fakta Mata Sahara sebagai lokasi Atlantis ini.

“Mata Sahara merupakan salah satu fenomena alam yang menakjubkan dan tidak terkait dengan konspirasi apapun di dalamnya, termasuk juga mengenai Atlantis,” ujarnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/19/100200123/apa-itu-mata-sahara-fenomena-pusaran-raksasa-di-barat-laut-afrika-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke